GALUH SEKAR TEWASÂ
Oleh Wahyudi Nugroho
Hampir tengah malam Badra sampai di pesanggrahan Candi Jalatunda. Ia segera turun dari atas kuda. Setelah mengikat tali kendali hewan itu di dahan pohon perdu, ia segera bergegas menghadap Pangeran Erlangga.
Kebetulan Pangeran Erlangga baru saja menyelesaikan meditasinya. Bersama Senopati Narotama beliau menerima kedatangan prajurit penghubung itu.
"Ketiwasan, Gusti Pangeran. Celaka !!! " katanya dengan nafas terengah-engah.
"Ada berita buruk Badra, segera laporkan !!" Kata Pangeran.
"Prajurit penjaga istana Giriwana tidak mampu menahan barisan lawan Gusti. Jumlahnya dua kali lipat dari kekuatan kami. Terpaksa kami meninggalkan medan." Lapor Badra.
"Laporanmu berbongkah-bongkah Badra. Itupun kau ambil ujungnya saja. Coba ceritakan lebih terinci. " kata Senopati Narotama.
"Ampun senopati. Saya kehilangan ketenangan pikiran dan hati untuk bisa melapor secara rinci. Peristiwa di istana benar-benar mengguncangkan hati kami." Jawab Badra.
"Kau seorang prajurit. Jangan gampang kehilangan kendali atas pikiran dan hati. Belajarlah untuk selalu tenang dan jernih, dalam menanggapi setiap keadaan." Pesan Senopati Narotama.