Mohon tunggu...
Wahyudin Rahman
Wahyudin Rahman Mohon Tunggu... Konsultan - Berbicara dengan Menulis

Akademisi Ekonomi dan Keuangan Syariah, berpengalaman di industri asuransi dan asuransi syariah selama 15 tahun dan Ahli dalam bidang Asuransi dan Asuransi Syariah serta Ahli Manajemen Risiko Perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Timur Tengah, Merajut Perdamaian (Kembali)

22 November 2020   21:53 Diperbarui: 24 November 2020   11:26 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasca arab spring menjadi harapan  kebangkitan akan dinamika kehidupan yang lebih baik dan demokratis di kawasan Timur Tengah, justru menampilkan wajah yang lebih menyeramkan. Sebagaimana diketahui Arab Spring merupakan fenomena yang terjadi di negara-negara Timur Tengah yang timbul dari dinamika sosial yang menginginkan orde baru yang dapat mengubah keadaan suatu negara dalam bentuk protes atau pemberontakan yang dilakukan oleh pro-demokrasi di Timur Tengah dan Afrika Utara melawan rezim otoriter di wilayah yang dimulai sekitar tahun 2010 bahkan sampai saat ini. Menurut perkiraan PBB sampai tahun 2019, ratusan ribu orang terbunuh dan lebih dari 10 juta orang terlantar  terutama pada perang saudara di Suriah.

Lain lagi pada konflik ekternal pada awal tahun 2020, dunia dihebohkan dengan pembunuhan Komandan Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, dalam serangan misil yang ditembakkan lewat drone Amerika Serikat di dekat Bandara Internasional Baqdad. Iran berjanji balas dendam sedangkan AS menganggap aksi itu pantas dilakukan untuk menjaga keamanan  dan perdamaian di Timur Tengah. Ini dapat memicu perang dunia ke 3. Alhasil, Allah SWT menurunkan  sesuatu yang terduga dan membuat dunia menahan diri dan berubah dalam sekejap. Oleh karena itu, Penulis akan membahas Timur Tengah selama tahun 2020 ini.

Pandemi Covid-19

Berdasarkan data yang dihimpun masing-masing Negara, jumlah kasus Covid-19 di Timur Tengah yang dilaporkan telah mencapai 3 juta lebih sampai Jumat (30/10/2020). Menurut hitungan Associated Press (AP), jumlah sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Di seluruh Timur Tengah, ada 75.000 lebih kematian yang dikaitkan dengan virus oleh otoritas kesehatan. Kantor berita AP mengandalkan angka yang dilaporkan oleh masing-masing negara. Ada 2,5 juta pemulihan dari virus penyakit COVID-19. Di Timur Tengah, negara yang paling terpukul adalah Iran, dan juga sebagai episentrum awal virus di wilayah tersebut. Di Iran, ada lebih dari 600.000 kasus virus Corona yang dikonfirmasi, dengan sekitar 477.000 pemulihan dan 34.000 kematian. Namun angka-angka itu diyakini rendah, kata para pejabat Iran.

Pandemi Covid-19,  secara umum menjadi alasan menahan diri bagi Negara yang sedang berkonflik.  Namun Timur Tengah tampaknya kurang terpengaruh oleh pandemi dibandingkan Eropa karena ulah beberapa Negara. Hal yang terlihat sebagai situasi penting bahwa kediktatoran di kawasan tidak berbagi informasi tentang situasi di negara mereka sendiri dan tidak transparan. Di beberapa negara yang dilanda perang, masih sulit untuk mengetahui cakupan pandemi. Di Yaman misalnya, diyakini sebagian besar kasus di negara itu tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Petugas kesehatan mengatakan hanya mereka yang hampir meninggal yang biasanya dibawa ke rumah sakit.

Dari segi politik, adanya penurunan ketegangan antara Iran dengan AS  karena Pemerintah Iran dan AS fokus menangani rakyatnya yang terkena Covid 19. Kasus Covid 19 di Iran  dan AS merupakan negara tertinggi  dengan warganya yang terpapar virus ini.  Begitupun juga ketegangan di satu kawasan antara Iran  dan Arab Saudi yang lebih ke perang dingin. Dampak lain dari virus Corona di Timur Tengah juga mengubah kebiasaan masyarakat Timur Tengah yang suka berkumpul dan mujamalah menjadi bertemu serta basa-basi  secara digital menggunakan teknologi berbasis internet. Hal ini umum dan hampir berlaku di seluruh dunia. Namun menariknya adalah budaya arab yang orang Arab terbiasa saling merangkul seraya mencium pipi dengan bibir ketika berjumpa dengan teman dekat. Ini suatu perilaku yang dianggap tidak lazim oleh bangsa lain di dunia, dan juga oleh orang Indonesia. Walaupun sesama jenis, orang-orang Arab lazim menunjukkan kedekatan mereka. Jadi, jangan kaget jika melihat seorang pria Arab memeluk tubuh pria lainnya erat-erat. Hal ini bukan karena mereka gay, melainkan karena saling menghormati satu sama lain.

Kompak Boikot Produk Buatan Prancis

Beberapa asosiasi dagang di negara- negara Arab secara terbuka melakukan boikot terhadap produk -produk Prancis. Embargo dilakukan menyusul pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai menghina Islam terkait kartun Nabi Muhammad. Sebelumnya, Gulf Cooperation Council (GCC) menggambarkan pernyataan Emmanuel Macron sebagai penyebar kebencian dan tidak bertanggung jawab. "Pada saat upaya harus diarahkan untuk mempromosikan toleransi, budaya, dan dialog antar-agama, justru Dia menyerukan untuk menerbitkan gambar penghinaan pada nabi Muhammad." kata Sekretaris Jenderal GCC, Nayef al-Hajraf. Macron menjadi sasaran kritikan dan kecaman setelah Samuel Paty, guru Sejarah dan Geografi, dipenggal saat sedang berjalan pulang ke rumahnya. Guru berusia 47 tahun tersebut dipenggal setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad, yang merupakan bagian dari materi kebebasan berekspresi. Macron dikecam lantaran berjanji untuk tidak menurunkan kartun tersebut. Pernyataan tersebut langsung memicu kemarahan oleh negara-negara Arab dan dunia Muslim.

Dilansir dari Al Jazeera (28/10/2020), setelah seruan boikot produk Prancis dari para pengusaha dan asosiasi bisnis, sejumlah toko-toko ritel dan supermarket menarik produk-produk buatan Prancis dari rak-rak penjualan. Seruan tagar #BoycottFrenchProducts menggema di media sosial negara-negara Arab seperti Aljazair, Mesir, Irak, Palestina, Arab Saudi, Yordania, Kuwait, dan Qatar. Di Kuwait, Ketua Dewan Al-Naeem Cooperative Society, memutuskan bahwa asosiasinya akan memboikot seluruh produk Prancis dan menyingkirkannya dari supermarket. Asosiasi dagang, Dahiyat al-Thuhr, mengambil langkah yang sama. Dia menyebut kebebasan berekspresi tak bisa disamakan dengan penghinaan pada agama yang menyakiti umat Islam. Berbeda dengan Turki yang secara resmi juga melayangkan protes langsung serta melakukan perang statement terhadap pemerintahan Prancis.

Sementara itu di Qatar, Wajbah Dairy, menegaskan memboikot produk Prancis dan menggantinya dengan produk buatan negara lain. "Kami telah menarik produk Prancis dari rak hingga pemberitahuan lebih lanjut," tulis Al Meera. Consume Goods Company, sebuah perusahaan perdagangan barang-barang kebutuhan pokok asal Qatar. "Kami menegaskan bahwa sebagai perusahaan nasional, "kami selalu bekerja sesuai dengan visi yang sejalan dengan agama kami, adat istiadat dan tradisi luhur". Ini menandakan embrio persatuan dari mayoritas negara Timur Tengah  yang menyebar ke seluruh dunia sehingga pemerintah Prancis sendiri pun telah meminta aksi pemboikotan diakhiri.

Dampak Kemenangan  Biden 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun