Tan Joe Hok: Pahlawan di Lapangan, Warga yang Terlupakan
Catatan mengenang kehidupan Pahlawan dan Legenda Bulutangmis Indonesia.
Selama bertahun-tahun saya mengamati denyut bulu tangkis Indonesia, satu nama selalu memancarkan sinar abadi dalam catatan sejarah olahraga bangsa: Tan Joe Hok. Nama ini tidak sekadar legenda. Ia adalah pionir. Ia adalah simbol. Namun ironisnya, ia juga potret miris bagaimana bangsa kita kadang terlalu cepat melupakan para pejuangnya di luar medan perang---di lapangan olahraga.
Pahlawan dari Lapangan
Tan Joe Hok lahir pada 11 Agustus 1937 di Bandung. Dalam dekapan masa-masa sulit pascakemerdekaan, ia tumbuh dengan semangat pantang menyerah. Bulu tangkis bukan sekadar olahraga baginya---itu jalan hidup. Di usia yang relatif muda, ia mengukir sejarah dengan menjadi juara All England 1959, menjadikannya orang Indonesia pertama yang memenangkan kejuaraan bulu tangkis tertua dan paling bergengsi di dunia.
Tak hanya itu, pada 1958 dan 1961, Tan Joe Hok menjadi bagian kunci dari Tim Indonesia yang memenangkan Piala Thomas, kejuaraan dunia beregu putra. Prestasinya menjulang. Dunia mengakui. Bendera Merah Putih berkibar karena pukulan-pukulan tajam dan gerak kaki yang lincah dari pria berdarah Tionghoa ini.
Di Antara Sorak dan Sunyi
Namun, ketika ia turun dari podium dan menggantung raketnya, hidup Tan Joe Hok berubah. Bukan menjadi duta besar kehormatan. Bukan menjadi pelatih dengan fasilitas terbaik. Tapi menjadi sosok yang nyaris dilupakan negaranya sendiri. Meskipun jasanya luar biasa, ia tetap harus menghadapi diskriminasi yang senyap namun menyakitkan.
Sebagai warga keturunan Tionghoa, ia sering merasakan betapa status "WNI" tidak selalu setara di mata birokrasi dan masyarakat. Di masa Orde Baru, ketika isu SARA begitu sensitif, Tan Joe Hok dan banyak tokoh keturunan lain harus berjalan lebih hati-hati. Meski telah mengharumkan nama bangsa, ia tetap menghadapi stereotip, kecurigaan, bahkan kesulitan administratif hanya karena darah leluhurnya.
Sungguh ironis, negara yang ia banggakan tidak selalu membanggakan dirinya.
Keteladanan yang Tak Tergoyahkan