Mohon tunggu...
Wahyu Dewanto
Wahyu Dewanto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Anggota komunitas angkringan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berbuka Puasa dengan Hidangan Istimewa Kampung

15 Agustus 2011   02:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:46 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak senang dengan buka bersama? Saya adalah salah satu orang yang menyenanginya. Bukan karena apa, tapi lebih untuk mempererat kebersamaan. Kebersamaan inilah yang pada nantinya akan memperkuat tali silaturahim. Sebuah upaya untuk membina hubungan yang harmonis antar pribadi. Tak terkecuali diantara kami, orang-orang yang sering bertemu dikarenakan satu keperluan, yakni membuat dokumen ekspor di bagian pelayanan Perdagangan Luar Negeri (Daglu) Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Surakarta.

Pada Ramadhan tahun lalu, kami—orang-orang yang sering mengurus Certivicate of Origin berikut staff pelayanan Daglu Disperindagkop Kota Surakarta—berinisiatif berbuka bersama di salah satu rumah makan di Solo. Waktu yang dipilih adalah H-8. Karena keesokan harinya, kami praktis tidak lagi beraktifitas seperti biasa. Truk-truk kontainer yang menjadi lahan bisnis  kami—yang bekerja di bidang jasa ekspedisi muatan kapal laut (EMKL)—tidak diperbolehkan  menyusuri jalanan, karena menurut DLLAJ, mulai H-7 jalanan difokuskan untuk arus mudik.  Truk-truk sembako sebagai pengecualian.

Karena itulah, menjelang H-7 kebutuhan truk kontainer justru meningkat. Para eksportir
berusaha agar sepekan sebelum lebaran barang telah dikirim. Kantor kami yang bertindak
sebagai layanan jasa transportasi tentu saja telah mempersiapkan secara dini. Termasuk
membooking truk agar bisa stuffing tepat pada waktunya.

H-8 Ramadhan tahun lalu, kantor kami mendapat Shipping Instruction (SI) dari pelanggan kami
yang berkedudukan di Klaten. SI tersebut berisi permintaan agar kami menyediakan armada truk
kontainer 40 feet untuk keperluan stuffing jam tiga sore. Segera saja SI tersebut kami proses.

Untuk kasus tertentu saya sering mengawal truk. Seperti kasus yang terjadi pada truk
yang  akan digunakan di Klaten itu. Sopir yang berangkat atas orderku ternyata belum pernah ke
lokasi stuffing. Setidaknya saya akan mengawal dari pertigaan Kartasura hingga lokasi
stuffing di Klaten. Untuk itulah saya menunggunya di pertigaan Kartasura sekitar jam 3 sore.
Keadaan tidak lebih baik karena sopir tidak membawa hp. Itu akan menyulitkan koordinasi.
Terlebih mengetahui posisi truk sudah sampai dimana.

Jam 15.30,  di pertigaan Kartasura. Truk yang kupesan belum juga nampak. Berdasarkan info
yang saya peroleh, truk berwarna merah. Saya juga sudah mencatat nomor polisinya. Sedang
warna kontainer sudah bisa dipastikan juga berwarna merah, karena telah menjadi ciri khas
shipping line-nya. Tidak hanya itu. Nomor kontainer yang terpampang di lambung dan punggung
kontainer akan memudahan saya untuk menemukan truk jika melintas. Tapi hingga 1 jam
berselang, truk belum juga lewat. Akan sedikit mengurangi kegelisahan jika sopir truk
membawa hp-nya, sehingga saya bisa menanyakan dimana posisinya.

Jam 17.00 truk masih juga belum terlihat. Hal ini jelas membuat saya jengkel. Shipper sudah
berulang kali menanyakan. Tapi  jawaban saya masih sama: truk belum nampak. Saya maklum
shipper agak kurang senang dengan keterlambatan ini. Keterlambatan truk sama halnya dengan
memundurkan jam stuffing. Hal itu terkait dengan jam lembur karyawan bongkar muat di gudang.
Berarti dia juga akan pulang lebih malam hingga proses stuffing selesai. Saya menangkap nada
kecewa dari shipper. Tapi mungkinkah sopir menangkap nada kecewa saya terhadapnya. Bahkan
lewat jam lima sore, saya tidak mengetahui posisi sopir dimana. Yang sudah-sudah, biasanya
sopir datang di lokasi satu jam lebih awal. Tapi kali ini justru terlambat dua jam.Keterlaluan.

Jam 5 sore lebih 10 menit, setengah jam lagi acara buka bersama dengan teman-teman EMKL
tiba. Tapi truk masih juga belum nampak. Saya masih tetap menunggu dengan sedikit
menggerutu. Melalui pesan singkat, saya mendapat informasi jika teman-teman EMKL sebagian
sudah datang ke rumah makan tempat kami akan berbuka puasa bersama.

Hingga suatu ketika. Itu.Lihatlah! Truk warna merah. Dengan kontainer berwarna sama.
Sebentar. Nomor kontainernya sama dengan dalam catatanku. Ya benar. Itu dia truknya.

Sementara truk itu melintas, saya langsung menelepon shipper bahwa truk segera datang. Tidak
lama kemudian menyetater motor dan menyusul truk yang ternyata sudah jauh di depan saya.

Berkendara diantara mobil-mobil pribadi, bis antar provinsi, truk pasir, truk barang, pick
up dan juga sepeda motor lainnya. Tenang. Tak usah terburu-buru. Tak usah bermanuver yang tak perlu. Toh truk yang ditunggu sudah di depan mata.

Akhirnya saya bisa menyejajarkan posisi di sebelah kanan truk, tempat kemudi berada. Posisi
saya tepat di samping roda truk yang tingginya sedikit lebih tinggi dari saya ketika
mengendarai sepeda motor. Dari bawah saya berteriak bahwa saya akan mengantarkan hingga
tempat stuffing. Si sopir paham. Dan saya melaju lebih cepat di depan truk. Jalanan yang
ramai tidak bisa membuat truk bergerak dengan cepat. Saya harus menjaga jarak agar tidak
terlalu jauh dengan truk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun