Mohon tunggu...
Wahyu Cipto Utomo
Wahyu Cipto Utomo Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis amatir

Pemerhati Pertanian dan Lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Lahan Pertanian Terendam Banjir Selama Enam Bulan, Petani Makan Apa?

16 April 2021   10:21 Diperbarui: 16 April 2021   10:21 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Fenomena La Nina tahun ini telah berdampak parah terhadap sektor pertanian di beberapa daerah. Curah hujan yang tinggi telah menyebabkan lahan pertanian terendam banjir sejak awal bulan November 2020 hingga April 2021 di daerah Kudus.

Peringatan adanya fenomena La Nina beberapa bulan sebelumnya oleh BMKG nampaknya tidak dijadikan sebuah alarm keras bagi Pejabat Daerah untuk mengantisipasi potensi banjir yang kapan saja bisa datang. Terlebih pada kondisi sungai dan drainase yang mengkhawatirkan.

Bagaimana mungkin run off air hujan bisa ditampung dengan mengandalkan dua sungai dengan lebar 40 meter dan dialirkan sepanjang 40 km melalui sungai Juana yang menuju Juana, Pati dan Sungai Wulan yang menuju ke hilir di Jepara. Jarak yang sangat panjang dan kondisi yang dangkal akibat sedimentasi menyebabkan daya tampung sungai menurun sehingga kedalaman sungai hanya berkisar 3 sampai dengan 5 meter.

Kondisi yang demikian akan menyebabkan air melimpas di areal persawahan petani sepanjang kedua sungai tersebut. Run off dari hulu gunung muria dan wilayah Kudus serta pegunungan Kendeng di selatan bermuara menuju sungai tersebut. Sehingga genangan air semakin melebar akibat limpasan sungai tersebut.

Persoalan ini dapat diantisipasi manakala peringatan akan adanya fenomena La Nina, disambut dengan pembenahan sistem drainase dan pengerukan kedua sungai tersebut. Padahal jika lebar dan kedalaman sungai pada kondisi normal itupun belum mampu menampung seluruh aliran air, maka ketika kondisi dangkal sudah dapat dipastikan banjir akan terjadi. Apalagi alih fungsi lahan yang massif turut memperparah keadaan, sehingga infiltrasi air masuk ke tanah menjadi berkurang dan sebagian besar dialirkan ke sungai.

Selain merendam lahan pertanian petani, bencana banjir juga terkadang sampai merendam ke pemukiman masyarakat. Kegiatan perekonomian menjadi terganggu apabila banjir hingga masuk ke rumah warga atau merendam jalan desa.

Lahan pertanian yang terdampak banjir menjadi permasalahan lagi bagi perekonomian petani. Enam bulan terendam banjir sama dengan kehilangan 1,5 musim tanam. Selain tidak mendapat penghasilan, dampak dari banjir yang merendam lahan pertanian juga menyebabkan kualitas tanah menjadi menurun. Lahan yang terlalu lama terendam banjir menyebabkan sifat kimia tanah berubah, pH menurun dan lebih bersifat asam. Selain itu sifat fisik atau tekstur tanah akan berubah. Begitupun dengan sifat biologi tanah yakni kondisi mikroba baik di tanah menjadi tidak ada. Kondisi tanah yang demikian akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman apabila ditanam komoditas tertentu.

Sebenarnya lahan pertanian yang terendam banjir memiliki peluang untuk dijadikan sebagai keramba budidaya ikan sementara. Namun lagi-lagi biaya pembelian jaring, dan perlengkapan lainnya termasuk perahu untuk transportasi membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Permodalan menjadi hambatan apabila melakukan usaha budidaya ikan.

Peluang lain diantaranya membuka wisata air juga bisa dilakukan. Akan tetapi perlu izin khusus kepada pihak terkait dan faktor keselamatan menjadi penting untuk diterapkan. Butuh waktu panjang untuk mempersiapkan dan mengkampanyekan wisata air tersebut sehingga hasilnya tidak dapat dirasakan di waktu itu juga.

Perekonomian petani yang mandeg akibat banjir yang mengharuskan mereka untuk beralih profesi menjadi buruh serabutan atau pekerjaan lain. Bagaimanapun kehidupan harus berjalan dan kebutuhan hidup harus terpenuhi. Apapun yang dapat menghasilkan uang akan dilakukan selagi halal. Namun banyak juga yang menganggur akibat tidak ada pekerjaan di desa.

Dari kondisi yang demikian, rendahnya sentuhan pemerintah untuk menyelesaikan persoalan banjir menyebabkan petani menjadi dekat dan lekat dengan persoalan kemiskinan. Masih banyak daerah yang membutuhkan uluran pemerintah agar sektor pertanian senantiasa hidup demi memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Author: Wahyu Cipto Utomo (CIPTANI Group)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun