Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Para Penjaga Laut Spermonde

13 Maret 2018   09:32 Diperbarui: 13 Maret 2018   09:41 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

"Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, seperti bom ikan, bius, dan jaring trawl menyebabkan potensi perikanan dari tahun ke tahun semakin menurun. Begitu pun dengan kualitas karang yang semakin rusak," ungkap Awaluddinnoer.

Kondisi ini diperparah lagi dengan penambangan karang sebagai bahan bangunan, yang menyebabkan kondisi terumbu karang sebagai tempat hidup, memijah dan pembesaran jenis ikan semakin rusak dan berkurang. Terumbu karang Spermonde dari tahun ke tahun kian tergerus. Dampak dari penambangan karang mulai terlihat dari banyaknya pulau di Spermonde yang mengalami abrasi hebat, bahkan ada yang telah mencapai 2-3 meter setiap tahunnya.

Menurut Awaluddinnoer, dari hasil penelitiannya di sejumlah pulau di kawasan ini, aktivitas bom ikan ditemukan di hampir semua tempat, dan sangat intens di sejumlah Pulau seperti Pulau Lumu-lumu.

Bom ikan yang digunakan umumnya dirakit sendiri oleh nelayan, karena pembuatannya yang sangat sederhana dan tidak memerlukan keahlian khusus. Awalnya wadah bom yang digunakan adalah bekas botol kecap, tetapi berkembang menjadi ukuran besar menggunakan jeriken ukuran 30 liter, untuk mendapatkan daya ledak yang lebih kuat.

"Warga berkilah bahwa jika wadah bomnya kecil maka hasil yang diperoleh pun sedikit, sehingga mereka pun membuat bom dengan wadah yang lebih besar. Dalam sehari kita bisa mendengar tiga hingga empat kali pengeboman di berbagai tempat," ungkapnya.

Dari beberapa ekspedisi bawah laut yang dilakukan Awaluddinnoer menemukan besarnya tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh penggunaan bom ikan ini.

Cara lain yang digunakan adalah dengan menggunakan racun sianida. Sianida ini bersifat membius sehingga ikan akan mudah ditangkap. Dalam dosis tertentu penggunaan sianida ini justru dapat mematikan ikan.

"Hal yang tak diketahui masyarakat bahwa penggunaan racun ini bisa berdampak pada kelangsungan ekosistem karang. Karang yang terkena sianida akan mulai stres dan melepas jaringan polip sehingga karang terlihat putih (bleaching) dan kemudian koloni karang akan ditumbuhi oleh alga," jelas Awaluddinnoer.

Aktivitas lain yang tak kalah merugikannya adalah penggunaan jaring trawl atau yang lebih dikenal dengan pukat harimau. Jenis jaring ini dapat merusak terumbu karang dan kestabilan ekologi, karena ukuran jaringnya yang semakin kecil, sehingga ikan ukuran besar dan kecil tertangkap semua, bahkan sering kali terjadi biota laut yang dilindungi seperti penyu, hiu dan pari manta ikut tertangkap.

Menurut Awaluddinnoer, penggunaan berbagai cara penangkapan ikan yang tak ramah lingkungan yang dilakukan masyarakat selama ini tak terlepas dari dukungan dan bekingan cukong atau Punggawa lokal.

"Pada pagi hari sebelum melaut para nelayan itu akan mengambil bom atau racun di rumah Punggawa. Mereka tidak berani menyimpan sendiri peralatan itu. Sementara Punggawa ini kesannya tidak bisa tersentuh oleh siapa pun," ungkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun