Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Filosofi Ecobodyisme Untuk Kesatuan Tanpa Penyatuan

8 Februari 2025   09:12 Diperbarui: 8 Februari 2025   09:12 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Lynn Nguyen / Pinterest

Apa yang kita sadari sekarang? Tentang sesuatu yang hadir dan terselamatkan. Kita hadir dalam berbagai kemungkinan, termasuk mengadopsi pendapat perihal Tuhan yang menciptakan segala-galanya. Untuk memahami segala-galanya sebagai pengetahuan, maka yang harus dibangunkan pertama kali tak lain dari manusia sendiri. Sangat penting untuk di catat bahwa manusia menjadi satu mahkluk yang punya kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan, hal semacam ini menjadikan manusia bisa hadir dengan metamorfosis kehidupan lebih cepat. Jika melihat bagaimana langkah yang sering di muntah kan manusia dalam bentuk karya, ide dan berbagai gagasan-gagasan besar. Maka mengatakan manusia sebagai mahkluk berfikir jelas tidak ada yang bisa membantahnya. 

Sampai justifikasi ini melekat kuat, maka dipastikan bagaimana sistematis kehidupan yang dibangun manusia saat mereka dijuluki sebagai mahkluk terhebat. Kemampuan dalam ber kesadaran mengetahui banyak hal tentu merupakan keahlian yang tidak dimiliki mahkluk lain, hanya manusia lah yang bisa melakukan itu, dan sampai hari ini disaksikan dan dibuktikan sejauh validitas manusia sendiri sebagai subjek dan bahkan objek sekaligus. Bahwa kemampuan mereka hadir dalam dunia telah dikuasai cukup total tanpa mengetahui seluk beluk latar belakang. 

Pada pemahaman semacam inilah berangkat satu ide yang membawa manusia menyadari tentang diri sendiri yang berfikir, memaknai dan memahami tentang segala-galanya. Bahwa pada diri, tubuh dan alam pada keutuhan tanpa disatukan, konsep ini dikenal sebagai ecobodyisme. Konsep ecobodyisme merupakan konsep yang menawarkan kepada setiap orang tentang hadirnya mereka bukan kemutlakan, melainkan hasil dari evolusi alam semesta yang dimana banyak hal misteri yang atensi diungkapkan. Tapi pengungkapan yang dilakukan jelas tidaklah total, hanya sebatas bagaimana asumsi dan hipotesis bertemu dalam basis pengetahuan gerakan berfikir dan ber kesadaran yang dimiliki manusia. Ecobodyisme sebagai konsep menawarkan bahwa manusia harus memahami betul-betul eksistensi diri yang sebenar-benarnya. Kemampuan dalam berfikir, mengetahui, memaknai dan memahami merupakan jalan eksistensi menuju penemuan esensi. Jelas atau tidak, yang pasti manusia ingin mengetahui banyak hal sebelum mereka mendapatkan ketidaknyamanannya, ketidaktahuan, dan kebodohan yang merangsang mereka untuk tersadar. Ecobodyisme membawa obor pengetahuan pentingnya kesadaran diri pada diri yang berfikir tentang segala-galanya yang dikenal sebagai subjek yang hadir, lalu meletakkan yang lainnya pada tingkatan tertentu sebagai bagian intensitas. Konsep ecobodyisme tidak lain mendorong manusia untuk memahami mekanisme segala-galanya bekerja, lalu paling penting dari semuanya adalah diri yang tidak terbuang sia-sia ke dalam jurang krisis identitas dan krisis pemahaman atas makna yang di fahami.

Dari konsep ecobodyisme inilah, manusia setidak-tidaknya bisa memetik pesan penting akan diri sendiri. Tidak terbuang jauh entah berantah, melainkan pada tingkatan tertentu, pad bagian tertentu dan pada potensi tertentu ruang pemahaman sebagai bagian kesadaran diri telah dikenali. Proses pengenalan, pemaknaan dan pemahaman semacam inilah yang dilekatkan dalam konsep ecobodyisme untuk menyadari tentang diri, tubuh dan alam pada keutuhan total tanpa penyatuan. 

Epistemologi ecobodyisme tidak lain dari bagaimana membangun konsep berfikir, hal ini membawa satu tendangan cukup tegas bahwa sebagai sesuatu yang hadir dan bahkan belum hadir memiliki satu potensi yang sama, yakni pada konteks superposisi eksistensi. Sehingga, ketika ketidaktahuan menyelimuti manusia, maka diletakkan lah pemahaman pada pengetahuan tertentu. Sebagaimana keterbatasan manusia untuk mengenali beberapa hal menandakan itulah batas kemampuan manusia menjadi mahkluk mengenal objek pengetahuan. Hal semacam ini tentu merupakan sesuatu yang niscaya terjadi; bahwa dunia ini penuh akan misteri, lalu ditempatkan oleh manusia yang berfikir dengan mengenal, mengetahui dan memahami pada tatanan kesadaran bahwa diri, tubuh dan alam pada keutuhan tanpa penyatuan.

Konsep ecobodyisme merupakan konsep yang ditawarkan oleh Wahyu Trisno Aji untuk bisa melihat bagaimana manusia bisa menembus jawaban atas kebuntuan manusia menjawab persoalan ontologi kehidupan; dari apa itu sesuatu hal?, bagaimana sesuatu hal itu dijadikan pengetahuan?, dan paling penting adalah apakah sesuatu yang ada maupun sesuatu yang mungkin ada itu terpisah sebelumnya. Ecobodyisme jelas akan membawa jawaban kepada epistemologi dalam individu yang berfikir, sebab eksistensi lebih cepat menanggapi sebelum esensi dari sesuatu hal itu hadir. Dengan pemahaman semacam inilah epistemologi yang dikonstruksi oleh ecobodyisme dalam memahami sesuatu yang ada maupun tidak ada dalam tatanan kehadiran yang utuh tanpa penyatuan. Sebab yang hadir sebagai pengetahuan tidak lain merupakan intensitas sebagai objek pengetahuan pada objek yang lain masih buram. 

sebab apa yang disadarkan sebagai diri, tubuh dan alam pada keutuhan tanpa penyatuan. Dalam kerangka semacam inilah ecobodyisme menjadi jalan masuk yang ditawarkan pada diri yang sadar. Sehingga tidak membuang berbagai hal sebagai terpisah dari pengetahuan, melainkan hadir sejak awal, namun untuk memvalidasi semua itu butuh subjek yang hadir, yakni manusia itu sendiri. Ecobodyisme menerangkan bahwa manusia adalah subjek yang hadir untuk mengetahui banyak hal, termasuk bagian dalam maupun luar, baik yang hadir atau tidak hadir, maupun yang ada maupun tidak ada. Pada tatanan pengenalan maka ecobodyisme membawa obor epistemologi bahwa keutuhan itu niscaya, sedangkan intensitas merupakan sejauh kehadiran manusia dalam kesadaran yang dimilikinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun