Dewasa itu menyenangkan, tapi sayangnya itu tidak bagiku. Karena aku lebih sibuk mendengar dan memberi sandaran kepada banyak orang, namun lupa bahwa aku sendiri butuh sandaran untuk bercerita panjang "
Hai kamu, apa kabar?. Bagaimana sekarang, apakah kau senang dengan masa dewasamu? Katanya dulu, semasa kanak-kanak kau ingin cepat-cepat dewasa, mimpimu sangat banyak, dan keinginan mu beragam hal.Â
Jadi, bagaimana sekarang, apakah kau senang dengan masa dewasamu?
Aku hanya bertanya, karena, kemarin kudengar suka di TOA masjid berkumandang. Bahwa, dikabarkan duka kematian dari seseorang. Bukan tentang tubuh yang kehilangan jiwa, tetapi seorang manusia yang kehilangan masa depannya. Dan kudengar dengan lebih jelas dari pantulan suara keras itu.Â
Namamu tersebut beberapa kali dengan memperjelas nama lengkapnya. Jadi, kuingin pastikan, apakah benar kau orang yang dikabarkan itu?.Â
Aku cukup kaget, bahkan tak menyangkan. Bahwa, ketika informasi burung itu ternyata benar, kau telah menipu dirimu, bahwa kau katakan di masa kecil yang penuh paras imut dan lugu waktu itu. Bahwa kau ingin cepat-cepat dewasa untuk mencari banyak hal, lalu kusimpulkan itu adalah caramu bahagia.Â
Aku ingin tahu kabarmu setelah dewasa sekarang, jangan sampai kudengar kau melewatkan masa bahagiamu dengan moment kisah kekonyolan.Â
Kutahu, kau dulu masih kanak-kanak, tetapi mimpimu sungguh dewasa. Sehingga, kujadikan itu sebagai ingatan keras ku padamu. Jadi, apakah dewasamu sangat membahagiakan?.Â
Kau sudah dewasa, sangat dewasa. Tetapi, kau tetaplah manusia, kadang rasa sakit menancap, kadang rasa bahagia hanya hinggap. Rasanya, dewasa itu penuh ambigu kan?Â