Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Trio Macam Filsuf Klasik (Socrates, Plato dan Aristoteles)

6 Maret 2023   10:37 Diperbarui: 6 Maret 2023   10:41 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat adalah ilmu kebijaksanaan, ada pun yang mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu berfikir. Karena dari filsafat, kita bisa merenungi kesegalaan yang ada tanpa dibatasi. Filsafat mengajar kan kita mengenal objek bukan sekedar dalam empirik dan fisika semata. Melainkan ia merangkul dan intervensi dalam setiap sisi, hingga pada bagian metafisika yang tak bisa di lihat dan dirasakan oleh indrawi manusia. 

Belajar filsafat, kita tidak akan lepas dari para pemikir tokoh-tokoh, mereka disebut sebagai filosof. Setiap filsuf memiliki ciri khas pemikirannya sendiri-sendiri. Yang pasti setiap pemikiran dari para filsuf tersebut, sangat unik dan menarik untuk dikaji. Baik itu dari para pemikir era prasocrates yang dimana mereka membahas mengenai keutamaan penciptaan alam semesta (kosmosentris) . Baik dari air, api, udara dan tanah menjadi satu gagasan setiap tokoh. Seperti thales, Anaximenes, Anaximandros, Empedokles, hingga Demokritos memiliki gagasan khasnya. Kemudian dilanjutkan dengan para pemikir yang mulai melihat manusia sebagai pusat sentral pemikiran (antroposentris). 

Manusia di era antroposentris dilihat dari sejauh mereka memiliki kemampuan. Setiap orang memiliki kemampuan nya sendiri untuk mencari kebenaran. Setiap manusia mampu mengatakan kebenaran versinya, yang pasti tidak melenceng dari kebenaran yang universal. Socrates, plato dan Aristoteles membawa paradigma ini ketengah-tengah masyarakat yunani untuk menyadarkan bahwa setiap personal punya kemampuan nya sendiri. Cara mereka menampilkan kemampuan nya ialah dengan belajar. 

Socrates mengajarkan masyarakat yunani dengan berdialektika dengan gaya bidanya untuk melahirkan pemikiran yang sedang dikandung oleh masyarakat, tetapi tak pernah disadari karena faktor mitos yang menjadi sipir dogma. Kemudian muridnya plato mengajarkan masyarakat yunani dengan lebih idealisme, melihat secara lebih mendalam sebuah fenomena bahwa jangan sampai terjebak dalam gua alegori, dalam arti bahwa masyarakat jangan hanya menelan pengetahuan bayang-bayang semata, yang eksis adalah pengetahuan yang di lihat dalam tahapan skeptisisme bahwa setiap manusia yang tahu maupun tak tahu terjebak dalam dunia bayang-bayang. Sehingga yang perlu dilakukan adalah emansipasi dari penjara bayang-bayang. Plato membawa masyarakat yunani waktu itu lebih berfikir progresif dan memiliki visi misi yang lebih maju dibandingkan dengan hanya mencerna dogma-dogma yang tidak masuk akal. 

Kemudian dilanjutkan oleh murid plato yakni Aristoteles, mengajarkan lebih konkret lagi bahwa pengetahuan manusia harusnya dilihat dalam tatanan realita yang ada. Bisa dilihat bahwa pemikiran Aristoteles dan plato berbanding terbalik. Akan tetapi, mereka memiliki tujuan yang sama, yakni mengajarkan masyarakat yunani, bahkan implikasi dimasa depan mengajarkan masyarakat dunia untuk kritis, skeptis, dan mencari dan terus mencari kebenaran pengetahuan manusia. 

Socrates, plato dan Aristoteles merupakan trio macam dalam filsafat. Kehadiran mereka bagai sebuah laksana yang tajam, cerita-cerita mereka diabadikan dalam berbagai cerita. Tidak bisa dipungkiri peran mereka bertiga bahkan sudah merangkul sub-sub pembahasan filsafat hari ini. 

diskursus filsafat hari ini tentang problem apapun sudah dijawab, analoginya rumusan masalah yang diberikan oleh nenek moyang filsug trio macam itu hanya beberapa jejak-jejak yang kemungkinan mereka lupa menjelaskan nya secara terperinci. Akan tetapi, jika mengkaji lebih mendalam lagi, bahwa Socrates, plato maupun Aristoteles sudah memenuhi diskursus filsafat secara kompherensif dalam tatanan kajian implisit. 

SOCRATES

jika ditanyakan siapa nama tokoh paling berpengaruh didalam filsafat pertama kali, atau disebut sebagai bapak filosof klasik?. Maka jawabannya tidak lain dan tidak bukan yakni Socrates. 

Tokoh kelahiran tahun 470 SM--399 SM merupakan tokoh yang abadi di dalam filsafat. Berbagai pandangan hidup bisa dilihat dalam buku-buku filsafat, bahkan Socrates digambarkan sebagai sosok yang paling bijaksana dari yang paling bijaksana. Bagaimana tidak, pada masa nya Socrates sadar bahwa dirinya tahu bahwa dirinya tidak tahu apa apa. Jika dilihat dengan kehidupan hari ini, mana mungkin ada orang yang mau sadar bahwa dirinya bodoh?.mungkin saja ada, tapi tidak dengan bagaimana mereka menyingkapi seperti tokoh Socrates sang filosof. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun