Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membahasakan "Aku" di Dalam Pasang Surut Eksistensi

18 Januari 2023   07:08 Diperbarui: 18 Januari 2023   10:27 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dahulu kita ketahui bahwa filsafat menantang satu doktrin yang disebut sebagai mitos untuk disadarkan. Para filosof waktu itu dengan percaya diri yakin bahwa apa yang di ikuti oleh para Masyarakat waktu itu salah. Mereka mengambil sikap terhadap segala fenomena hanya dalam ruang mitos, semisalnya terjadinya hujan, berfikir bahwa itu kehendak dari dewa zeus. Akan tetapi, itu kemudian dipatahkan oleh para filosof yang berfikir keras untuk menyadarkan manusia di kala itu yang tersesat dan terseret kedalam dongeng-dongeng mitologi. 

Sejarah seperti ini memang selalu kita temui didalam mempelajari sejarah manusia. Yang dimana ditemukan bagaimana sebuah perjuangan sosok yang memiliki kesadaran yang lebih dari yang lain untuk berubah. Ini sama halnya dengan sosok utusan yang ingin mengubah suatu kaum. 

Namun circle yang di cangkupinya masih relatif, dalam arti para penyadar ini membawa obor untuk diberikan kepada masyarakat untuk tahu bahwa mereka masih saja terjebak didalam gua bayang-bayang dibuat oleh manusia itu sendiri. Sehingga itulah tugas dari mereka yang sadar, untuk membebaskan saudaranya dari ikatan yang telah membelenggu sejak lama. 

Spesifik lagi, disini akan dikaji lebih mendalam lagi bagaimana sosok yang memiliki kesadaran lebih awal tersebut memahami dirinya diikat oleh sebuah doktrin. Kemudian berusaha dengan semaksimal mungkin untuk terbebas. Menyadari bahwa dirinya hanya seorang pembeo yang ikut-ikutan saja didalam kehidupan. Disinilah para manusia yang sadar tersebut menemukan dirinya eksis, kemudian eksistensi dirinya inilah menemukan "AKU" Yang di fahami secara filosofis sebagai manusia yang keseluruhan. 

Manusia yang telah menemukan "AKU" Tak lagi mengikat diri dengan mengamini saja, apalagi terikat oleh apapun yang membuat dirinya menjadi babu. Ia sudah terlepas dengan memahami sedikit arti dunia, tanpa ikut-ikutan. Dirinya sudah tak lagi menjadi manusia yang statis, melainkan sudah ikut berpartisipasi, bahkan menberikan inovasi dan kreatifitas pada kehidupan. Setelah menemukan dirinya pada hierarki hidup sebenarnya. Ia bahkan tak lagi mudah terpengaruh oleh apapun, sebab "AKU" yang telah ia temukan sudah memiliki kesadaran layaknya manusia yang bebas. 

"AKU" Adalah bagaimana setiap manusia eksis. Ia yang telah menemukan dirinya seperti ini bagai terbang keangkasa, melihat bagaimana luasnya alam semesta untuk memahami dan bertanya-tanya mengenai kehidupan yang tak akan ada habis-habisnya dengan jawaban diberikan manusia. Ia faham akan hal tersebut, sehingga dunia yang ia tempati untuk menemukan jawaban diperlukan keraguan. Tepatnya, bagaimana manusia meragukan sesuatu dan bertanya-tanya untuk menemukan sebuah jawaban. 

Dirinya yang bertanya-tanya bisa melihat dunia dalam berbagai sisi (manusia yang sadar) . Ia tak lagi dengan pesimis hanya menerima satu jawaban saja dalam satu sisi pemberi jawaban, akan tetapi ia akan menerima semua jawaban dalam berbagai sisi yang kemudian dilakukan filterisasi atas setiap jawaban. Kesadaran mulai dibangkitkan setelah dirinya merekonstruksi dunia yang ditepatinya, bahwa dunia secara komprehensif tidak mempenjarakan manusia, akan dunia tempat hidup manusia untuk melihat bagaimana sistem mekanisme kehidupan dengan menjadi berkesadaran. 

Catatan penting untuk berkesadaran itulah, "AKU" ditemukan sebagai solusi eksistensi. Sebab hanya AKU yang bisa bertindak selayaknya manusia yang telah mempelajari mengenai dunia. Ia yang sudah memahami AKU tak lagi terhipnotis oleh dunia yang fana, bahkan tak lagi dengan segoyong-goyongnya menjilat doktrin sebagai kebenaran tanpa mencari tahu kebenarannya. Manusia diberikan kongnitif atau kesadaran untuk dicari dan difahami, sehingga selayaknya itulah instrumen penting untuk membangun infrastruktur manusia sebagai mahkluk berkesadaran. 

Salah satu caranya menemukan AKU adalah dengan cara berfikir. Tepatnya berfikir merupakan proses mengalokasikan fenomena apapun dengan algoritma input dari manapun, kemudian dilakukan proses selektivitas untuk menghasilkan output yang sudah dipertimbangkan. Disinikah AKU dengan kelebihannya tampil, eksistensi nya memberikan entitas pada dunia yang kompheresif. 

Dunia tak lagi tereduksi dengan masif akan jawaban dari AKU yang berfikir. Sebab, sejak awal AKU sudah memahami bahwa dunia yang di tepati bagian kerelativitasan pengetahuan manusia. Sehingga peran dari AKU sendiri disini adalah menampilkan jawaban yang paling terbaik dari sekian banyak jawaban yang diterima. AKU sudah memahami bahwa dirinya tampil didalam pengetahuan yang selalu di falsifikasi. Kesadaran sudah menepati AKU sebagai momentum yang dimana fenomena dunia menjadi catatan penting yang harus/bahkan selalu di bedah disetiap harinya. 

Begitulah cara berpikir seorang filosof. Bahwa dirinya sudah mencari ke-AKU-an didalam eksistensi dunia yang penuh akan tanda tanya. Para filosof paham akan dunia yang pelik dan pelit informasi ini. Manusia dipaksakan untuk mencari Informasi dari sekian banyak sample yang ada. 

Dengan instrumen yang dimiliki, manusia harus mampu secara selektif menerima apapun yang hadir di dunia. AKU merupakan bagian kesadaran yang setiap kali para filosof waktu itu menemukan pencerahan nya. Ia dengan bijaksana memberitahu kan pada dunia tentang dunia yang mereka selami selama ini terlalu utopia. Sehingga perlu di emansipasi dari doktrin yang mengikat manusia menjadi mahluk yang tak mampu mengembangkan potensi kesadaran tersebut. 

Dengan menemukan AKU melalui berbagai cara, seperti halnya meragukan, meditasi, bertanya, kontemplasi, dlsb. sedikit tidak aku yang berfikir bisa selangkah lagi menemukan AKU yang berkesadaran. Jika tahapan tersebut berhasil ditemukan, maka, mereka menemukan pencerahan yang luar biasa layaknya seorang filosof. 

Menemukan kebenaran disemak-semak pembodohan, mulai berfikir seperti sosok filosof yang bijaksana dan arif. Tahu akan apa dilakukan dan tahu atas apa yang dikatakan dalam setiap putusan maupun penyadaran. AKU membawa manusia kedalam strata yang seharus nya manusia capai. Tak akan ada lagi ikatan yang membius manusia menjadi budak ketidaktahuan dan dijajah oleh satu doktrin. 

Semua akan di emansipasi dengan AKU yang sudah berfikir, selayanya eksistensi menjadi manusia sudah ditemukan didalam lubang terdalam pertanyaan dengan sejuta jawaban yang sendari Awal disadarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun