Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berpikir dan Pikiran Aneh Manusia

17 Desember 2022   06:55 Diperbarui: 17 Desember 2022   07:14 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest taman oki

Kita jatuh pada tangkai sebuah pertanyaan. Apakah kita bisa berfikir tanpa memikirkan objek? . Pertanyaan inilah yang mendorong kita untuk berusaha menjawabnya sebaik mungkin. Kita adalah mahkluk yang berfikir. Sudah sepantasnya pertanyaan itu muncul, walaupun demikian pertanyaan itu terdengar aneh, tetapi membuat kita mulai membuka ulang fikiran mendasar kita. 

Untuk menjawab pertanyaa tersebut, kita harus memulai dengan definisi dari fikiran atau berfikir itu sendiri. Berfikir memang tidak memiliki satu definisi yang jelas, sebab berfikir merupakan ketidakjelasan yang sedang kita punya dan banggakan hari ini. Fikiran adalah instrumen untuk mengkonstruksi sesuatu yang ada baik ada didalam diri kita maupun yang ada di luar diri kita. Fikiran tidak pernah bisa berjalan dengan sendirinya, sebab dirinya eksis dan mampu hadir karena ada sesuatu yang mendorongnya untuk bisa di gunakan. 

Manusia adalah mahkluk yang berfikir. Dari satu keberangkatan ini saja kita bisa temukan satu premis yang kuat. Bahwa manusia yang berfikir adalah ucapan yang disepakati hingga hari ini. Manusia berfikir menjadikan manusia sebagai objek keberadaan dari fikiran. Bahkan, fikiran hadir karena manusia, dan manusia lah yang mengadakan/ memberikan eksistensi untuk fikiran bisa ikut berpartisipasi dalam kehidupan. 

Jikapun kita meruju pada definisi yang umum di gunakan. Bahwasanya Berpikir adalah memberikan gambaran mengenai adanya sesuatu yang ada pada diri seseorang (manusia hadir sebagai subjek pertama didalamnya). Sesuatu yang merupakan tenaga yang di bangun oleh unsur-unsur dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas. Pengertian yang lebih sederhana adalah berpikir secara umum merupakan sebuah aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu. Sehingga berfikir saja dalam penilaian ini sendiri tidak terlepas dari dirinya sebagai individu yang tunggal, individu yang sedang hadir untuk bisa memperjelas keberadaan yang ada. Fikiran tidak bisa menjelaskan sesuatu tanpa objek. Ini perlu sebagai argumentasi penegas. Bahwa kesadaran pada diri dan subjektivitas individu hadir sebagai objek yang pada akhirnya sangat terang menjelaskan, bahwa fikiran tidak akan terlepas dari objek, dan fikiran akan berfungsi dan eksis jika ada sesuatu yang Memberikannya gerakan. Ini sama halnya dengan sebutan dari ruang waktu, yang semata-mata tidak terlepas dari diri kita. Ruang waktu tidak bisa disebutkan tidak ada sebab ruang waktu sudah hadir ditengah kita sebagai keberadaan. Dan pun segala bentuk fikiran manusia terjebak pada ruang waktu tersebut. Sehingga ketidaklepasan dari ruang waktu itulah fikiran manusia berfungsi digunakan. 

BERFIKIR LAYAKNYA MENGENAL OBJEK DALAM DIRINYA. 

Sudah sepantasnya berfikir menjadi satu misteri. Jika berfikir saja menjadi dimensi yang sulit di kulik, apalagi dengan kesadaran yang mencangkup kekompherensifan dari fikiran. Kesadaran memang sangat sulit dimengerti. Karena kesadaran tidak bisa diasumsikan seperti apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan, maupun apa yang kita rasakan. Sebab kesadaran merupakan sebuah kehadiran yang kompleks yang secara tidak langsung hadir di hadapan kita. 

Fikiran memang masih banyak sekali menjadi PR yang harus dikerjakan. Baik dari kesepakatan definisi yang masih mengambang di atas awam, ataupun berfikir kadangkala masih menjadi kesalahan dalam mekanismenya. Hingga diutamakan logika dalam berfikir supaya bisa memiliki struktur yang jelas dan tak kemana-mana dalam satu konsep diskursus. 

Pada awalnya, kita tidak terjebak pada sistem yang harus kita ketahui, yakni sistem kehadiran. Sistem yang memuat segala eksistensi diri yang bisa jadi, tidak ada tema keterputusan koneksi setiap objek. Kehadiran menjadikan laju yang kompatibel dari kehidupan yang masih penuh akan tanda tanya. Hidup yang penuh misteri perlu difikirkan sedalam mungkin untuk menemukan jawaban yang sesungguhnya. Hingga pada dasarnya, laju utama dalam berfikir pada penarikan keadaan awal berada pada dalam diri. Tepatnya subjek sebagai identitas awal menjadi postulat didalam sistematis berfikiran.

Kita mampu mengidentifikasi apa yang ada di hadapan kita. Sebab kita memiliki algoritma untuk memprogram hal demikian dibantu oleh akal. Memang tidak ada akal yang bisa terlihat sebagai materialisme, tapi eksistensi akal. Adalah keseluruhan program yang sudah menjadi satu baku sebuah fikiran, kemudian itulah yang menjadi output nya. 

Dengan kata lain, berfikir adalah cara dalam diri mengenal apapun. Berfikir adalah langkah untuk memberikan makna yang sudah memang ada pada objek, namun objek perlu stimulus dari luarnya untuk bisa eksis. Artinya kita sebagai mahkluk yang lebih berkesadaran dari yang lain sebagai potensi untuk menciptakan dorongan lain pada yang lain untuk bisa eksis, walaupun kemunculan nya tidak seperti kehadiran subjek tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun