Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sajak Healing: Cinta Itu Buta nan Tuli

26 November 2022   20:13 Diperbarui: 26 November 2022   22:59 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : wattpad pinterest

"Butaku adalah tentangmu, ia kadang mulai resah setiap mengucap sajak cinta. Terlelap, sudahlah. Ia sudah mabuk menelan cinta yang tak kunjung bertemu pujaan hati"

Pada akhir kisah yang panjang. Cinta tak akan pernah Punya yang sama. Apalagi berjalan dengan langkah yang kuat. Tepatnya kita adalah jalur yang peduli. Namun cinta kita yang memberikan distorsi untuk bisa berjalan dengan langkah yang sama. Bukan tentang apa yang kau fahami semata. Tapi ia adalah penggangu abadi dalam hidup penuh permainan ini.

"Siapa yang harus bertanggung jawab soal kita. Tak lain dan tak bukan adalah perasaan yang terlanjur tenggelam dalam rindu, yang mati pun tak ingin dipisahkan jiwa"

Kata orang. Setiap langkah menjejaki rasa tak lekas dari perasa. Diri yang sudah siap berjalan dengan kuat mulai dipertanyakan. Menegok kanan kiri bagai lupa arah. Dirinya tak tahu sejauh mana rindu berpaling darinya.
Ini bukan sekedar ungkapan ataupun ucapan yang tak bertanda. Dirinya memulai pada awal dan akhir yang sama. Tak tau seperti apa, yang pasti itulah candu dalam rindu.
Kau harus tahu, cerita yang dirangkai ini adalah tentangmu dan perjalanan waktu. Ia tak sesingkat pertemuan, dan tak sepanjang hubungan.
Semua dimulai dari kita yang tak saling sangka ada rasa. Ia muncul tiba-tiba dibalik gerbang fiksi. Menerobos sedalam mungkin bagai ruang tak berimajinasi. Tanpamu saja, aku tak sekuat rindu yang selalu kuinginkan setiap temu.

"Pada titik jenuh, ada kamu yang beri semangat untuk aku yang rapuh"

Ini bukan sekedar hiberpola kata kata. Dan tak bukan pula hipperdosis dalam bercinta. Tetapi inilah aku, buta tak berwana, ingat tentang rasa, ingat tentang aksara dan ingat tentangmu dan segala cerita. Dari ringkasan temu, hingga pada titik aku selalu berharap kamu menjadi kita yang selalu satu.
Jikapun mungkin ada, kita bisa berhadapan pada sisi yang paling Indah. Tidak lagi merenung kekesalan tak bertemu. Memang demikian, yang paling sakit dari kecewa adalah harapan yang sama, tapi tak kunjung bisa bertemu.
Entah konon ini kisah romansa romeo Juliet, ataukah kisah pangeran yang ingin menemukan pujaan hatinya. Ini terlalu kaku bagiku yang menemukanmu dalam setiap waktu. Sajak tak bersabda, massa pun memutuskan apakah kita bisa jadi satu, atau hanya sekedar ragu. Kemudian pergi.

"Pertemuan kita soal cinta. Sehingga ini tentang hati, bukan tentang rasa sepihak saja"

Pada ujung yang tak pernah aku temukan. Ada hal yang ingin sekali aku sampaikan padamu. Aku sejak dahulu mulai mengenalmu buta akan keburukan dan keegoisan mu. Aku tak melihat jiwa kejahatan dibalik jiwa hangat rinduku untuk rindu pada dirimu. Aku terlalu tenggelam dalam lautan tak bertepi, hingga palung mariana pun lebih dangkal dari rasa yang larut ini.
Aku tuli dengan bisingan sekitar tentang cerita burukmu. Yang ternyata aku sudah buta melihat langkah kejahatanmu dalam kisah kita. Entahlah, sejak kapan dunia ini menjadi dimensi tak berwarna. Hingga aku hanya melihat putih saja dalam bait hari hari ini, jika itu tanpamu.

"Jiwaku layu, akupun mabuk pada rindu yang ku sendiri tak tahu itu apa"

Cinta memang membuatku buta. Tapi tak sepenuhnya tuli akan kenyataan dunia. Memilih untuk mengikuti arus rasa atau rasionalitas nyata. Ia mulai menjadi amukan diri. Untuk hidup yang penuh teka teki ini. Aku ingin katakan pada semesta dan Tuhan yang maha segalanya. Beri aku hidup dengan segala cinta dari mu dan puncak nya pun adalah mengenalmu semata.

"Kesesatan ini membuatku lupa dimana aku berpijak pertama kali, kesadaran ku terlempar entah berantah pada ruang apa. Hingga pada ujungnya, aku menemukan tentang keesaan mahakuasa yang membuatku lemah dan kembali pada hakikat yang nyata"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun