Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau dan Bebalku

7 November 2022   14:22 Diperbarui: 7 November 2022   14:33 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rapuhhh.
Sepotong rindu dalam cengkaraman malu..
Ia tak lagi bersanding dalam kenangan.
Tak juga bersinggah pada harapan lansia...
Kau bebal dan banyak sangkal..
Setiap aba-abaku kau tak lagi peduli..
Langkah aksara pula kau samakan dengan perih..
Ia tak mendidih, namun bekasnya tak lekas pulih. 
Kuberitahu wahai pencandu yang duduk di pojok sunyi...
Bahwasanya cintamu sudah mati setelah merindu yang tak ditepati...
Ia tidak sekedar berduka, tetapi menghadirkan luka lama yang tak ingin ku ingat kembali..
Yahhh... Inilah candumu...
Bebal yang tak berarti apa apa lagi..
Aku tak yakin kau bisa melukis luka lama dengan cara badut mu..
Aku sudah terbiasa akan kisah rinduku yang keras untuk memilikimu.
Dayaku tertahan.
Mataku menatap sinis...
Jiwaku merayu...
Bibirku membisu.
Kau tatap aku dengan kesungguhan...
Aku hingga lupa. Bahwa dukaku yang lama sudah sembuh secepat kau berikan aku warna.
Konon...
Rapuh akan mengisahkan pemakaman rindu yang tersesat....
Diombang-ambing dalam derasnya harapan.
Sekarang pun, ia bersemayam pada rindu tak lagi massa peduli..
Namun, ia kembali dengan langkah yang sama seperti kemarin..
Duka yang larut kini menjadi sejuta tawa tak terhenti...
Ini adalah bebalku dan tentangmu "waktu yang belum sempat kau abaikan, kini menjadi kisah yang menghangatkan"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun