Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Netralitas Tanpa Kepentingan adalah Kebohongan

30 November 2021   10:28 Diperbarui: 30 November 2021   10:56 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkan kita mendengar bahwa seorang yang netral merupakan orang yang bijaksana?, yang tidak membela siapapun. Namun ia berdikari demi keadilan?. Orang netral adalah orang yang memiliki pandangan yang lebih bijaksana dari orang lain. Jika hal tersebut merupakan yang melekat  dalam pikiran kita, maka itu adalah konsep yang salah besar yang mungkin masih kita percayai hingga kini. 

Karena, bisa dikatakan bahwa orang netral bisa  secara lebih kompherensif merupakan salah satu orang yang memiliki kepentingan terhadap dirinya sendiri dan mementingkan ego untuk mencapai keselamatan nya.ada faktor faktor yang membuat posisi netral di idamkan sebagai doktrin tidak berpihak, namun di anggap layak di justifikasi sebagai orang yang bijaksana. Padahal itu jauh besar dari apa Istilah bijaksana tersebut.

Ternyata kita memandang seorang netral adalah bagian dari bagaimana kita akan menyaksikan sebuah masalah yang terjadi bisa di hadapi oleh tidak keberpihakan. Dalam posisi tersebut, setiap konflik dari setiap orang ataupun individu membentuk sebuah komunitas untuk membela dirinya sendiri dan ada posisi dalam pro dan kontra bisa di kondisionalkan sehingga masalah tersebut diminimalisir ataupun di tuntaskan atas eksistensi netral yang menjadi ajudikasi. Di situ terjadinya distorsi makna ataupun labelisasi atas apa yang dibela nya. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa kehadiran dari seorang netral merupakan bukan solusi yang aktif. Namun diartikan di sini bahwa orang netral tersebut adalah orang yang tidak memihak salah satu dari  yang didukung nya. Namun hal  itu hadir sebagai personifikasi dalam prinsip orang netral, disebabkan kepentingannya terhadap eksistensi polemik yang dihadapinya.

Buktinya iyalah, ketika ada dua kubu atau lebih mengalami pertengkaran dan memicu sebuah polemik besar. Maka hadirnya seorang netral disebut menjadi fitur pendukung untuk mendamaikan dua kubu atau lebih yang bertengkar tersebut. Namun dibalik itu semua, kita akan menyadari bahwa orang netral tersebut memiliki kepentingan kepentingan bukan berupa fisik, melainkan hal-hal yang universal Dalam segi visualisasi manipuatif legitimasi yang sah dari publik.disinilah orang-orang yang netral tersebut memandang masalah dalam presepsi yang berbeda, mementingkan keuntungan demi pengakuan bahwa orang yang memposisikan dirinya netral adalah orang yang bijaksana. Di sini lah muncul doktrin yang mungkin ada sebagai orang yang akan menerima argumentasi ini. Karena alasan bahwa orang netral diperlukan ketika terjadinya probelmatika. Peran dari orang netral akan sangat penting jika di intervensi ke dalam orang-orang yang memiliki masalah. Bukti seperti ini yang kita lihat saat ini seperti layaknya seorang hakim yang netral, ataupun seorang guru yang menghukum orang yang bertengkar tanpa pandang bulu.


Namun jauh dari itu semua akan ditemukan sebuah kondisi yang lebih hemat. Bahwa eksistensi dari netralitas memiliki kepentingan untuk mencapai tujuan yang subjektif. Dirinya mengaku netral untuk mencapai sebuah komunitas legitimasi dan mendapatkan otoritas yang penting dalam problematika yang di seleaikannya. Sedikit demi sedikit akan ditemukan sebuah harapan bagi orang yang mengaku netral untuk mencapai tujuannya sehingga dia(netral) akan lebih cepat dipercayai dalam perspektif netralitas. Ini demi kehadiran subjek yang lebih komprehensif dan holistik dalam mencapai tujuannya. Memang sulit untuk menemukan sebuah visi misi dari subjek itu sendiri karena berdiri dalam pemikirannya.

Namun dengan strategi netral dari subjek. Maka kepentingan subjek itu akan tercapai dengan lebih maksimal dan keuntungan keuntungan terhadap dirinya yang akan hadir, ketika berhasil menyelesaikan masalah dan di posisi sebagai orang netral akan tercapai dengan baik. 

Alasanya Setiap manusia dilahirkan menjadi orang yang memiliki banyak masalah. Hingga masalah-masalah inilah yang coba untuk diri konstruksi dan di revitalisasi demi ketenangan dirinya dan visi misi yang ingin dicapai. Target yang dicapai oleh setiap individu memang berbeda-beda ada memiliki kapasitas yang berbeda-beda pula yang di mana itu memiliki kesulitan berbeda-beda pula. Sehingga inilah yang mendorong siap diri untuk mencapai klimaks nya dan meminimalisir kehidupan yang naif dan penuh polemik. Yang sesuai dengan kata Thomas Hobbes yaitu homo homini lupus ( manusia adalah serigala bagi sesamanya). 

Merupakan salah satu istilah yang memang sudah melekat dalam diri manusia. Sehingga inilah yang mendorong manusia untuk tetap menjadi musuh satu sama lain dan saling mematai satu sama lain pula tanpa ada rasa ketenangan terhadap hidupkan social, kecemburuan terhadap sosial memang dikarenakan subjek setiap personal akan mengalami konflik yang lebih krusial. Memang dikatakan biasa  Kemudian dikorelasikan dengan istilah dari perkataan Jean jeacque rosseau bahwa manusia adalah makhluk yang bebas (man of freedom) untuk melakukan segalanya. Demi kepentingan kepentingan yang terwujud, manusia akan rela menjadi egoistis untuk mendekonstruksi segala hal, walaupun itu dengan cara yang buruk. Kebebasan manusia dan sifat manusia merupakan salah satu indikasi bagaimana manusia tidak bisa hidup netral dan sulit menjadi seorang yang netral.

Ketika kita mengatakan manusia itu netral dalam segala aspek kehidupan yang terutama dalam menyelesaikan sebuah polemik. Maka di situlah setiap individu yang diklaim tersebut akan melakukan kepentingan kepentingan sehingga menghilangkan sikap kenetralannya secara inheren. Karena dari justifikasi itulah manusia akan berangkat menuju kepentingan dan mencapai keinginan dan visi misinya yang telah dibentuk sebelumnya. Manusia tidak diperlukan untuk diakui kebijaksanaan dengan subtansi bijaksana. Dalam hal tersebut. Maka konteks yang harus dijalani adalah manusia sebagai transfer algoritma memahami netralitas dengan sebenarnya dan memahami kapasitas netral dengn tupoksinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun