Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Ada dan Mengada

28 November 2021   05:17 Diperbarui: 28 November 2021   06:13 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"tidak mungkin sesuatu yang ada dan tida ada ikut campur satu sama lain. Dia ADA karena memang ADA, dan ia TIDAK ADA karena TIDAK ADA" @aji

Hakikat dalam hidup merupakan salah satu bentuk kooperatif dari kehidupan manusia. Jauh dari rasa eksistensialisme manusia untuk berada. Maka dibutuhkan sesuatu yang lebih ada dari sekedar mengada. Ada dalam mengada memang selalu menjadi kepusingan bagi manusia sendiri. Terkadang manusia akan mengalami subordinasi antara dirinya dan di luar dirinya demi terbentuk sebuah sistem paradigma yang lebih kompherensif lagi terhadap eksistensialisme.

Kehadiran manusia adalah bagaimana mereka bisa mengada terhadap apa yang ada. Ada di sini diartikan sebagai bagaimana manusia menginterpretasi sesuatu yang diluar dirinya sebagai objek dan dirinya sebagai subjek. Dirinya yang sudah sadar akan objek akan memberikan sebuah presepsi seberapa krusial makna yang objektif tersebut. Hal itu tentu menjadi kerumitan dalam menentukan bagaimana manusia ada.

Konsep ada sendiri merupakan hasil dari integral kemajemukan ilmu pengetahuan. Yang di mana pengetahuan tersebut berasal dari manusia yang diberikan oleh tuhan. Dan tuhan sebagai yang puncak tertinggi yang memahami segala hal mampu untuk menciptakan pengetahuan untuk manusia. Keterbatasan manusia untuk mengetahui segala hal dibatasi oleh bagaimana tuhan memberikan manusia pengetahuan. Pemberian inilah yang membuat manusia mengada sebab ada sesuatu yang ada yang menyebabkan manusia mengada.

Tuhan adalah entitas entitas dari keberadaan yang ada. Tidak ada ada sebelum tuhan itu sendiri. Sebelum kata ada saja. Tuhan telah mengadakan ada yang sejati. Dan ada yang dipahami oleh manusia sendiri adalah ada yang diberikan oleh tuhan dan mereka mendorong ada tersebut karena manusia telah beranjak dari adanya yang diberikan oleh tuhan dalam bentuk mengada saja. 

Keterbatasan manusia dengan konsep mengada. Memang telah di fahami. Selanjutnya dari itu semua. Keadaan mengada manusia tergantung bagaimana objek terberi untuk ada. Ada yang di fahami disini bukan ada dalam varian tuhan, melainkan ada yang telah melalui proses mengada yang mengada itu sendiri ada dari Tuhan yang maha ada dan tidak ada selain tuhan yang mengada yang ada.

Ada selalu menjadi hakikat dari sebuah pemikiran. Manusia sendiri memberikan ada ketika sesuatu itu nampak secara inderawi dan bisa di terima secara logis keberadaanya. Namun, ada pula sesuatu yang ada namun tidak terinderawi, tetapi keberadaan nya tetap ada sebab ia diyakini dengan intuisi sebagai instrumentasinya. Seperti hantu, tuhan maupun hal hal metafisis lainnya.

Keberadaan untuk mengada selalu menjadi konsep masalah ketika manusia tidak bisa membedakan, mana yang benar ada dan mana yang ada karena sebelumnya ada tersebut sudah mengada. Komunikasi ada dengan relasi mengada memang tidak akan lepas dari objek yang namanya manusia. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia akan mendorong terbentuknya sesuatu yang ada,dan akibat adanya itulah Manusia melakukan proses mengada demi legitimasi ilmu pengetahuan.

Memahami tentang ada memang sesuatu yang sukar. Apalagi jika di komparatif dengan filsafat ontologi yang tendensius kedalam hakikat Ada. Namun secara fundamental pengetahuan manusia. Ada selalu dipersonifikasi sebagai bentuk metaforis sebuah bahasa yang lebih memiliki makna yang majemuk. Tersistematis dan tersusun dari bahasa bahasa istilah yang memiliki turunan yang cukup rumit bila di artikan oleh para kaum awam.

Mengada untuk ada memang menjadi pilihan. Namun sejauh itu semua. Hakikat keberadaan adalah bagaimana manusia menyadari bahwa mereka benar-benar menghadang untuk ada. Bukan melakukan sebaliknya. Mereka mengakui diri mereka ada karena mereka tidak memikirkan sesuatu yang mengada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun