Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Cinta Naura dan Drakor

15 Agustus 2022   00:30 Diperbarui: 21 Agustus 2022   21:45 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com/susan-lu4esm

"Apaan sih Wibi? Memang kamu pengin ngomong apa? Cepetan, gih. Gatel nih tanganku di gigit nyamuk."

Lalu Naura bilang, ada baiknya kalau aku dan dia masuk teras, karena di taman banyak nyamuk. Tuh kan, benar. Tangan Naura bentol-bentol merah digigit nyamuk. 

"Kamu mau gantiin tanganku yang bentol? Ayuk masuk!" serunya galak.

"Aduh, galak bener nih Naura. E tapi, dia tetep cantik, meskipun galak." Batinku penuh optimis.

Lalu aku dan Naura pindah ke teras, duduk di kursi berbentuk bulat. Ada meja di depannya. Aku memilih duduk pada kursi di sebelah kiri yang menghadap taman. Sedangkan Naura duduk di sebelah kanan, menghadap ruang tengah. Suara tivi terdengar dari kejauhan di sana.

Mumpung malam minggu, konon malam yang ditunggu oleh pasangan muda-mudi untuk berjanji. Aku sudah mempersiapkannya, panjang kali lebar untuk berbicara pada Naura.

Butuh latihan tadi ketika di rumah. Lalu aku menghafalkannya, agar nanti ketika di depan Naura, lancar ngomongnya. Kan malu kalau belum selesai ngomong, aku sudah lupa pengin bilang apa padanya.

Aku kembali melirik ke arah Naura. Loh, kok Naura ngilang, sih? Kemana? Bagaimana aku ngomong kalau dia tidak ada di sampingku? Berbicara pada angin?

Dari dalam rumah di ruang tengah, suara cempreng Naura membahana tertiup angin hingga sampai ke teras.

"Wibiii..... maaf ya, kamu kelamaan ngomongnya. Tanggung nih, ada drakor kesayanganku lagi tayang di tivi. Kamu mau ikut nonton atau pulang?" 

Apa? Pulang? Enggak lah. Aku memilih bertahan di sini. Naura, oh, Naura. Baiklah, aku ikut nonton. Demimu, apa sih yang tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun