Hari ini, akan segera aku poskan surat ini. Untukmu Denada, sahabatku. Aku mengerti kesedihanmu.Â
Dear Denada,Â
Apa kabarmu? Aku rasa kamu sedang tak baik, ya? Atau, aku menanyakan hal yang terlalu klasik? Ah Dena, maafkan aku. Bukannya aku tidak mengerti. Aku tahu dirimu sedang tak baik-baik saja. Kejadian kemarin, sungguh telah membuatmu bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi percayalah, Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Tuhan pasti dekat dengan pertolongan-Nya dan menjaga dirimu selalu.
Aku yakin, setiap peristiwa membawa hikmahnya sendiri-sendiri. Begitu pula kejadian yang sedang menimpamu. Begitulah kehidupan. Tidak selalu harus berada di atas. Kebahagiaan juga kadang tak harus selalu berkunjung.Â
Kehidupan itu tidak melulu mengalami sesuatu yang sempurna. Kamu ingat? Bahkan itu kata-kata yang kamu berikan padaku di saat aku sedang sedih.Â
Waktu itu aku mengalami nyaris putus asa. Harusnya dosen pembimbingku memberikan Acc untuk skripsiku yang telah lama tak kunjung selesai. Hampir satu tahun lamanya. Entah mengapa dosenku tak segera memberikan tanda tangannya, padahal perjuanganku sudah maksimal.Â
Ia berkata bahwa skripsi itu memiliki tema yang bagus, sayang jika tidak diselesaikan dengan bagus pula. Ah, aku rasa dosenku itu tidak mengerti, bahwa untuk menyelesaikan sebuah skripsi yang bagus membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Hingga aku nyaris putus asa.Â
Dena, kamulah satu-satunya teman yang mampu membuatku bangkit dan bersemangat. Hingga tak berselang lama, selesai juga skripsiku dengan nilai memuaskan. Nilai A! Itu yang aku harapkan meski dengan perih mengiris dan langkah kaki yang terseok.
Kehidupan memang tidak harus mengalami yang sempurna, karena tidak ada manusia yang sempurna. Hanya ada nyaris sempurna. Itupun jarang sekali. Aku bukan orang yang bisa dikatakan sempurna, karena apalah aku ini. Seorang gadis yang biasa saja.
Jika mengingatnya, serasa aku kehabisan hati. Entah kemana hati berlari. Ketika segalanya membaik, hati kemudian berkumpul kembali. Menjadi utuh. Aku menjadi manusia baru yang lebih baik dan lulus sebagai sarjana.Â
Jika saat itu kamu tak ada di sisiku dan tidak memberikan semangat padaku, mungkin aku selamanya tak merasakan menjadi sarjana. Hahaha, becanda, Dena. Karena, malulah, kalau aku tak lulus hanya karena satu dosen yang begitu sayang padaku. Tetapi yang jelas, kamulah yang mengerti segalanya tentangku. Kamu adalah sahabat terbaikku.