Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diam-diam Kagum pada Ayah Tjipta dan Bunda Rose

4 Januari 2021   19:51 Diperbarui: 4 Januari 2021   21:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dok. Wahyu Sapta

Bersyukur bisa mengenal Ayah Tjipta dan Bunda Rose. Sosok inspiratif yang diam-diam saya kagumi. Dalam setiap tulisan mereka, membawa kisah inspiratif. Kisah tersebut sedikit banyak terpatri dalam hati saya, sehingga saya ingin seperti mereka. 

Kagum, itulah pertama kali yang ada di benak saya ketika membaca tulisan-tulisan beliau berdua. Saya amat menyukai kisah mereka yang menceritakan tentang keluarga harmonis, bahagia, dan ada secara finansial. Bagai sebuah kisah dongeng yang happy ending, indah dan menyenangkan. Akan tetapi kisah mereka bukan dongeng, melainkan kisah nyata.

Jika saya membaca kisah mereka yang berawal dari bawah, sebelum memiliki apa-apa, kemudian mengalami jatuh bangun, hingga sukses. Bagiamana kesetiaan diuji, tetapi mereka mampu melewati tantangan tersebut hingga usia perkawinan ke 56 di tahun 2021. Sungguh sebuah kisah inspiratif yang bisa menjadi panutan generasi selanjutnya. Termasuk saya.

Meskipun saya belum pernah bertemu dengan Ayah Tjipta dan Bunda Rose, rasanya seperti mengenal lama. Saya sering berkomentar pada artikel beliau dan mengatakan, "Walaupun jauh di mata, tetapi dekat di hati, ya Ayah dan Bunda." Beliau menjawab, "Sehat selalu, Ananda Wahyu selalu ada dalam doa kami."

Duh, adem sekali rasanya dan tentu saja saya bahagia membaca jawaban mereka. Ademnya seperti pada musim penghujan, yang sejuk meskipun tidak memakai pendingin. Asli dan alami. Saya bisa merasakan ketulusan mereka. Mereka membawa energi positif, sehingga pembacanya ikut merasakan energi positif tersebut.

Sosok Ayah Tjiptadinata Effendi di Mata Saya

Membaca tulisan beliau yang banyak menceritakan tentang keluarga, menjadikan saya tidak segan memanggil Ayah pada beliau. Demikian pula beliau memanggil saya dengan sapaan Ananda. 

Berkumpul dengan keluarga adalah saat bahagia. Saya bisa membayangkannya dalam tulisan beliau. Bagaimana kasih sayangnya yang tulus untuk istri, anak, mantu, cucu. Dari foto yang diunggah juga mencerminkan sosok Ayah Tjipta, yang romantis terhadap istri dan menyayangi anak-anaknya.

Karena dalam kehidupan nyata, saya sering menemukan bahwa di balik kesuksesan seseorang, ada keluarga harmonis di belakangnya. Sosok yang menyayangi keluarga dan bahagia, biasanya cenderung sukses dalam bisnis. Demikian pula sosok Ayah Tjipta, yang gigih, pantang menyerah, dan mencintai keluarga.

Beliau juga rendah hati dan tidak sombong. Menyapa semua Kompasianer, baik yang senior ataupun yunior. Ayah juga rajin dan tidak segan-segan memberi komentar sejuk di artikel saya. Menandakan bahwa beliau sosok yang baik dan rendah hati. 

Sosok Bunda Roselina Tjiptadinata di Mata Saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun