Gede Rasa (1)
Percayalah, cantikmu tak kan memudar. Meski guratan tipis selalu datang tiap hari.
Kau selalu membuatku gede rasa. Apakah tak ada kata lain selain sanjunganmu itu? tanyaku.
Hei, mengapa kau tak percaya padaku? Aku tak pernah menipumu, kan?Â
Aku menggeleng. Tentu saja tak pernah. Kamu adalah orang yang tak pernah menyakitiku, kataku dalam hati.Â
Kalau begitu, menualah denganku, ajakmu.
Gede Rasa (2)
Pagi ini tersisa tetes hujan semalam dalam sendiri. Tak ada yang abadi. Esok pagi atau lusa, mungkin tak ada lagi membangunkanmu. Lalu tergantikan oleh yang mampu lebih mengerti. Begitu pula kita, katamu.
Tetapi kau masih di sisiku, bukan? tanyaku.
Ada kesamaan antara aku dan kamu.