Melewati hari bersamamu, membutuhkan nyali tujuh belas kali lebih besar. Menghitung detik demi detik, agar kamu senantiasa berada di sisi. Selebihnya milik lukisan yang ada dalam kanvas yang menjadi nafasmu.
"Berapa lama lagi lukisan itu akan selesai?"
"Tergantung."
"Tergantung apa?"
"Tergantung bagaimana kau memperlakukanku. Jika kau terlalu rewel, maka lukisan ini akan lama selesainya." jawabmu sambil terbahak.
Aku hanya mendengus sebal. Selalu begitu. Apakah lukisan itu lebih penting dari aku?
"Hei, kau tak perlu cemburu, Dik. Tetapi, mengertilah, ia adalah nafasku."
"Ini bukan kemauanku, ya." jawabku sambil cemberut.
Baiklah, aku mengerti. Cinta yang terbagi dua memang membuatku sedikit cemburu. Tetapi ini bukan melulu kemauanku.
***
Berbagai cara kulakukan agar kamu menjadi milikku seutuhnya. Tanpa kanvas dan cat-cat yang berserakan itu. Tetapi memang mencintaimu haruslah mencintai kanvas dan cat-cat yang berserakan pula. Itulah kenyataannya.