Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen | Selembar Sarung Putih

14 Mei 2020   15:31 Diperbarui: 14 Mei 2020   15:24 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Tua bukan lagi tanda lapuk atau rapuh. Melainkan semakin dinamis dan menyenangkan. Betapa tidak, kekayaan yang melimpah membuat percaya dirinya bertambah. Ada sedikit pongah yang menggelayut dalam dirinya. Meski ia simpan rapat, seolah tak terlihat.

Sebenarnya ia belum seberapa tua, masih setengah baya. Lima puluh tahun usia matang sebagai lelaki mapan. Usahanya semakin maju. Bahkan ia sudah memiliki ratusan pegawai. Mungkin ia juga tidak mengenal satu per satu dari mereka. Hanya ia setiap bulannya menggaji dengan jumlah tersebut. Tak pernah hafal nama-namanya.

Ia orang yang baik, santun, memiliki jiwa dermawan. Mudah trenyuh ketika melihat orang yang sedang kesusahan. Tetapi juga jiwa pongahnya terkadang muncul. Ia merasa dirinya yang paling benar dan jarang mendengarkan perkataan orang lain.

Akan terlihat ketika ia berbicara dengan teman-temannya. Dalam grup whatsapp sekolahnya dulu, tanpa disadari, kadang keceplosan bicara, bahwa sekarang ia semakin gendut berisi. Maksudnya tentu saja kantongnya. Karena ia sendiri berperawakan gagah dan tidak gendut.

Teman-temannya sebagian iri akan keberhasilannya. Bahkan ada yang sirik, mengatakan bahwa ia memiliki ajian yang bisa membuatnya kaya dan berhasil. Kasak-kasuk itu hanya seputaran teman-teman sekolahnya. Ia tidak pernah mendengarnya dan tidak mengetahui, karena cerita yang menyebar hanya di kalangan temannya dan tak pernah sampai ke telinganya.

Kesibukan sebagai pengusaha kadang menguras waktu. Hingga larut malam, ia baru bisa sampai rumah untuk beristirahat. Kemudian esok pagi sekali, ia terbangun untuk bekerja kembali mengurus segala sesuatunya.

Pekerjaan yang menuntut ia selalu siap dalam kondisi apapun. Lelah tentu saja. Tapi ia menikmatinya. Betapa dulu ia pernah merasakan menjadi orang susah. Hanya makan nasi dengan kecap dan kerupuk. Hidup di kamar kos yang terbatas ukurannya bersama istri dan anak semata wayangnya.

Beruntung ia bertemu dengan seseorang yang dipanggilnya bos, mengangkatnya menjadi orang kepercayaan. Karena ketekunannya mengikuti kemana bosnya pergi. Hingga ia mampu menjadi orang yang dipercaya.

Orang tersebut memberinya kesempatan untuk membuka usaha sendiri. Dan diberi modal awal sebagai pinjaman membuka usaha di bidang transportasi seperti yang dijalaninya pada saat itu. Tangan dinginnya mampu membuat usaha itu berkembang pesat.

Tak disangka, jika memang rezekinya, akan datang juga. Uang segera mengalir tanpa bisa dibendung. Ia sendiri pernah mengalami OKB, membuatnya berubah sikap. Meski tak lama mampu menyesuaikan diri. Ia mampu mengendalikan dirinya, kembali pada sikap sederhananya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun