Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

[Event Semarkutiga] Mencicip Soto Banjar yang Segar dan Beraroma Rempah

5 Juli 2019   15:11 Diperbarui: 6 Juli 2019   11:14 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seporsi Soto Banjar ini sedap dan segar sekali. Mantap! (Dok. Wahyu Sapta)

Awalnya ingin mampir di Warung Gandul Kuaro. Tetapi tutup. Akhirnya mampir ke warung Soto Banjar yang ada di sebelahnya. (Dok. Wahyu Sapta).
Awalnya ingin mampir di Warung Gandul Kuaro. Tetapi tutup. Akhirnya mampir ke warung Soto Banjar yang ada di sebelahnya. (Dok. Wahyu Sapta).
Tetapi sayang, warung Nasi Gandul tutup. Kamipun berceletuk, mungkin penjualnya baru mudik lebaran ke Pati dan belum pulang. Kami tertawa bersama. Untunglah, ada warung sebelahnya yang buka dan menjual Soto Banjar. Nah ini dia. Boleh juga merasakannya. Lagi pula, kapan lagi merasakan Soto Banjar. Salah satu makanan khas pulau Kalimantan.

Warung Makan Soto Banjar Simpang 4 Kuaro Kab. Paser Kalimatan Timur. (Dok. Wahyu Sapta).
Warung Makan Soto Banjar Simpang 4 Kuaro Kab. Paser Kalimatan Timur. (Dok. Wahyu Sapta).
Akhirnya, kami memesan Soto Banjar. Bisa memakai nasi ataupun ketupat. Saya memesan memakai ketupat, agar tidak terlalu kenyang. Karena perjalanannya hanya tinggal satu setengah jam, dan sesampainya di sana pasti ditawari makan. Menyedaikan tempat untuk diisi ketika mendapat suguhan di tempat kakak saya di Tanahgrogot. Hahaha...

Satu porsi Soto Banjar. Bisa memakai nasi atau ketupat. (Dok. Wahyu Sapta).
Satu porsi Soto Banjar. Bisa memakai nasi atau ketupat. (Dok. Wahyu Sapta).
Tak berapa lama, pesanan datang. Taraaa... seporsi ketupat Soto Banjar tersaji di depan saya. Huum... aromanya tercium bau sedap rempah-rempah. Kaldunya segar. 

Saatnya mencicipi!

Kuahnya bening, memakai kaldu ayam kampung yang gurih. Rasa rempah-rempah biji pala, cengkih, kayu manis menguar keluar. Membuat rasanya khas. Juga aroma bawang putih goreng yang dominan. Isian soto terdiri dari soon, suwiran ayam kampung, perkedel kentang yang diremuk, irisan telur bebek rebus, ditaburi seledri dan bawang goreng. Kemudian disiram dengan kuah beningnya yang asin gurih. Sedap mantap!

Sajian soto selain memakai ayam suwir, soon, juga perkedel kentang yang diremuk kasar. Disajikan diatas soto. (Dok. Wahyu Sapta).
Sajian soto selain memakai ayam suwir, soon, juga perkedel kentang yang diremuk kasar. Disajikan diatas soto. (Dok. Wahyu Sapta).
Kata keponakan saya, kadang perkedel yang dipakai terbuat dari ketela pohon. Sama enaknya! Saya menikmati Soto Banjar hingga tetes kuah yang terakhir. Sedap sekali. Dan saya suka pedas, sehingga tadi memakai sambal level pedas. Berkeringat! 

Pedas dan panasnya kuah membuat soto ternikmati tandas. Nggak nyesel rasanya. Meski awal mula ingin menikmati nasi gandul yang ada di Kuaro. Tetapi Soto Banjar yang merupakan makanan khas Suku Banjar tetap sedap.

Harga satu porsi Soto Banjar lengkap hanya Rp. 23.000,- saja. Mengenyangkan. Menuntaskan rasa. Saya sempat berkenalan dengan pemilik warung yang telah membuka warungnya dua tahun di sini. Ibu Desi dan ibu Ruhayati. Laris manis ya bu, jualannya. Aamiin.

Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan kembali. Memasuki Kabupaten Paser. Kota Tanahgrogot telah nampak.

Sampai juga akhirnya di Tana Paser. Kota Tanahgrogot berada di Kabupaten Paser. Kalimantan Timur. (Dok. Wahyu Sapta).
Sampai juga akhirnya di Tana Paser. Kota Tanahgrogot berada di Kabupaten Paser. Kalimantan Timur. (Dok. Wahyu Sapta).
Beberapa gedung pemerintahan bercat ungu. Nuansa ungu. Bahkan tembok pembatas jalan juga bercat ungu. Ketika melewati sebuah taman yang ada monumen jam besar, kami mampir sebentar untuk berfoto. Aura kegembiraan memancar di wajah kami.

Sempat berfoto di depan Jam Besar di Tanahgrogot. Lucunya cucu keponakan saya. Dan yang lebih lucu lagi, saat mereka memanggil saya dengan Eyang Uti. Hahaha... brasa gemanaaa getooo... geli-geli gemanaaa getooo... hahaha... (Dok. Wahyu Sapta).
Sempat berfoto di depan Jam Besar di Tanahgrogot. Lucunya cucu keponakan saya. Dan yang lebih lucu lagi, saat mereka memanggil saya dengan Eyang Uti. Hahaha... brasa gemanaaa getooo... geli-geli gemanaaa getooo... hahaha... (Dok. Wahyu Sapta).
Sesampai di rumah kakak, kami dipersilahkan masuk. Setelah kangen-kangenan dengan peluk cium, maka kami diajak ke ruang makan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun