"Lalu mengapa sikapmu padaku begitu? Hingga membuat aku dan Ibrahim sedikit merasakan kesakitan. Kau membiarkan aku dan Ibrahim menanggungnya sendirian."
"Runi, itu caraku agar kau mau kembali padaku. Percayalah, aku masih mencintaimu. Kembalilah padaku, Run." pintanya sambil sedikit tersekat.
Runi tak mampu mencernanya. Sakti membiarkan dirinya dan Ibrahim berjuang sendiri menghadapi hidup. Tanpa nafkah. Padahal kebutuhannya dan Ibrahim banyak. Untuk sehari-hari dan sekolah Ibrahim. Tetapi ia mengatakan masih mencintainya. "Come on, Sakti!" serunya dalam hati.
"Jika kau masih meragukanku, pulanglah dulu. Pikirkan tawaranku. Nanti sore menjelang berbuka aku ke rumah ayah. Menjemputmu. Memintamu kembali." kata Sakti tegas.
Ibrahim menuju pelukan Runi dan pulang. Ke rumah orang tua Runi.
***
Lebaran. Tak ada yang lebih bahagia, ketika semuanya berkumpul. Di sebuah rumah yang dinamakan Rumah Besar. Ada kakek, nenek, Ibrahim, tante Nayla, Om Asa, Pandu sepupu Ibrahim. Dan Runi. Semua bersuka cita menyambut Bulan Fitri, bulan penuh kemenangan. Oya, ada satu orang lagi yang ada di Rumah Besar. Namanya Sakti.Â
Ia yang memegang kamera, lalu membuat kamera itu mode on otomatis. Ia membuat otomatis kamera menyala dengan jeda waktu 10 detik. Lalu ia berlarian, menuju ke sebelah Runi. Senyumnya penuh bahagia.
Semarang, 23 Mei 2019.