Kejahatan, dimanapun, kapanpun bisa terjadi. Usia kejahatan, mungkin juga berusia dengan adanya manusia. Telah lama ada. Seseorang yang pada dasarnya memiliki dua sifat, yaitu sifat baik dan buruk. Dua-duanya memiliki potensi untuk menonjol. Jika sifat buruk/jahat yang lebih menonjol bagi sebagian orang dan ia tidak bisa mengakomodirnya, bisa jadi menjadi suatu kejahatan.
Kejahatan terjadi mungkin dengan berbagai alasan. Misalnya karena terdesak oleh kebutuhan. Atau karena gaya hidup, yang tidak mau kalah dengan orang lain, sedangkan ia hanya memiliki kemampuan ala kadarnya.
Sedangkan di era sekarang, kejahatan semakin canggih mengikuti zamannya. Dimana kemajuan zaman dan teknologi turut menunjang. Beberapa kemudahan menjadi fasilitas, agar melancarkan kegiatan, misalnya dalam melakukan transaksi. Beberapa fasilitas transaksi perbankan yang tidak rumit, seperti mesin ATM, e-banking, menjadi gaya hidup.
Nah, begitu pula dengan kejahatan. Banyak loh contohnya. Seperti kejahatan disertai ilmu gendam, untuk merampas uang atau barang yang bukan haknya. Jika pada zaman dulu memakai jurus tepok, sekarang lewat media telepon. Mereka menelpon, untuk melakukan penipuan disertai ilmu gendam. Sehingga korban tidak sadar digiring ke mesin ATM, melakukan transaksi transfer sejumlah uang ke rekening penjahat.
Bahkan kadang sampai dikuras habis uang simpanan yang ada di bank. Ketika pengaruh gendam telah hilang, maka korban barus tersadar, tetapi terlambat. Uangnya telah habis. Hanya penyesalan dan rasa sedih karena telah ditipu tanpa bisa melawan.
Kejahatan itu, bisa datang sewaktu-waktu. Mereka tak kenal waktu. Apalagi dalam bulan ramadan seperti saat ini, biasanya rawan kejahatan. Penjahat lebih agresif. Mengapa demikian? Mungkin karena untuk mengejar lebaran. Tradisi di Indonesia, bagi sebagian masyarakat bahwa lebaran adalah saatnya menunjukkan harta kekayaan dan kesuksesan.Â
Mereka berbondong-bondong mudik ke daerah asalnya, ingin terlihat sudah sukses dan kaya. Ada sebagian orang yang ingin tampil lebih wah pada saat lebaran, tetapi pendapatannya tidak bisa memenuhinya. Akibatnya ia berniat jahat. Merampok, menipu, menjambret, dan yang lainnya.
Aksi tipuan mereka bisa jadi melalui sms, atau telepon nyasar. Modusnya hampir mirip. Bisa berpura-pura menyamar keluarga, teman dekat, saudara, mengalami kecelakaan dan meminta dana untuk berobat di RS. Meminta agar segera ditransfer dalam jangka waktu terbatas. Korban diancam untuk segera mengirimkan uang sebelum terlambat.
Kita harus mewaspadainya. Jika sekiranya telepon tersebut mencurigakan, segera tutup telepon. Jangan dilayani. Apalagi dari orang asing yang tidak dikenal. Ataupun jika mengaku dari teman dekat atau saudara, jangan lekas percaya, jika mereka meminta sesuatu, mislanya uang. Aneh kan, jika tidak pernah menelpon, tidak pernah silaturahmi, tetapi sekalinya menelpon langsung meminta uang?
Sikap waspada, akan menghindarkan diri kita dari kejahatan. Meskipun tidak harus berlebihan. Nanti malah merepotkan. Sifat berlebihan juga tidak baik. Yang paling utama adalah mewaspadainya dan mengecek kebenarannya. Secara nalar dan yang masuk akal. Jangan mudah terprovokasi.
Jika ada sms yang mengirimkan nama dan nomer rekening dari orang yang tak dikenal, abaikan. Apakah masuk akal, jika tiba-tiba mengirim nama dan nomer rekening tanpa ada suatu peristiwa sebelumnya? Misalnya jual beli. Atau juga tiba-tiba ada sms bahwa kita mendapatkan undian berhadiah jutaan rupiah sementara kita tak pernah mengikutinya.