Laut mati, angin bergerak lamban, ombak enggan bergeser, lalu hening, tersapu sepi. Ada yang termangu, menatap laut, o, begitukah cakrawala sempurna terbentuk?
Laut, angin, ombak, sepi. Sementara timbunan tanya mengembara diantara angin yang melambat, hingga pesan tak pernah sampai. Hanya bisa melamunkan, bahwa suatu hari nanti, angin bergerak cepat menyampaikan jawaban, agar sampai kepadanya.
Langit?
Bumi?
Langit dan Bumi memang satu kesatuan. Tapi tak pernah bisa bersatu. Ada langit, ada bumi. Jarak yang terbentang demikian panjang.
Pernahkah kamu membayangkan bahwa tiba-tiba saja mereka menyatu?
Tentu saja pernah. Cakrawala yang menyatukannya.
Dari kejauhan, langit dan bumi membentuk suatu bentangan garis lurus. Saling menempel, tapi tak bisa melebur. Begitu pula, harusnya jawaban yang ia terima.
Perbedaan yang ada, telah memberi tanda. Sebuah garis lurus nyata yang membentang.
Tapi, tak berarti mereka tak bisa saling mencinta, bukan?
Jadi, janganlah perbedaan menjadi beban. Karena cinta ibarat cakrawala. Menyatukan Langit dan Bumi, meski hanya tampaknya.
Semarang, 6 Maret 2019.