Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hal yang Terungkap di Saat Terakhir

8 April 2018   14:08 Diperbarui: 9 April 2018   09:06 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.com

Keberuntungan kadang memang datang di waktu yang tak terduga. Seperti saat tiba-tiba mendapat hadiah doorprize di acara car free day hari Minggu. Atau mendapat hantaran makanan dari teman saat tak sempat masak buat diri sendiri.

Satria mengenal Naira dari seorang sahabat yang menjadikan Naira dengannya menjadi dekat. Tak begitu ingat, sejak kapan kejadian ini. Ia memang benar-benar bilang pada Naira akan serius.

Dulu ia mengetahui Naira adalah seorang pegawai bank di mana ia sering mengunjunginya. Pada saat itu ia tidak terlalu perhatian padanya. Hanya sedikit rasa yang aneh saat bertemu. Tetapi ia cepat melupakan. Hanya berlalu begitu saja.

Tetapi sejak mengenalnya lewat Nety, angannya tiba-tiba mengembara pada seseorang yang ternyata adalah dia. Setidaknya ia pernah mengenalnya sebelum itu. Kemudian mereka menjadi terikat. Ia berjanji akan menjaga Naira seumur hidupnya.

Suatu keberuntungan buat Satria.

***

"Kamu yakin?" tatap mata ayah Naira seperti meminta jawaban pasti. Mata ayah memandang Satria tajam. Sebenarnya ia meragukan kesungguhan hati Satria. Tetapi Naira terlanjur menjatuhkan pilihan yang tak bisa ditawar, seperti harga mati saja.

"Yakin, ayah." jawab Naira mantap.

"Sudah kamu pikirkan?" dan pertanyaan itu seperti memaksa jawaban agar Naira menjawab "tidak". Tetapi Naira tetap pada pendirian. Ayahnya tak bisa memaksa. Hanya memberi restu dan berharap akan kebahagiaan putrinya.

***

Keterikatan antara Satria dan Naira berjalan baik-baik saja. Mereka menikah. Kebahagian datang. Wajah mereka jelas mencerminkan pasangan yang romantis. Bagai sebuah taman dengan bunga yang bermekaran warna-warni mirip pelangi. Juga berbau harum dan indah. Gemericik kolam yang ada di taman memberi keceriaan hati. Ibaratnya bangunan kokoh yang tampak nyaman karena taman yang hijau dengan bunga warna-warni. Alangkah kenikmatan itu mampu menenggelamkan mereka pada kebahagiaan sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun