Mohon tunggu...
Wahyu Bramastyo
Wahyu Bramastyo Mohon Tunggu... -

menjalani hari-hari dengan pekerjaan rutin sebagai konselor, dan guru. mengisi waktu senggang dengan membaca, nulis, maen game, jalan-jalan, nonton TV, dan bobok. suka banget sama mendung, kopi, novel, dan nonton Travel & Living ato Oprah Winfrey Show sangat berharap sesering mungkin terjebak dalam rumah ketika hari hujan bersama sofa besar, selimut flanel, kopi dan novel yang bagus. pengen banget dalam hidup jadi orang kaya, yg nyantai, produktif nulis, membaca banyak buku, menjelajahi banyak tempat menarik, bisa terus mengajar, menghidupkan pendidikan, dan menjalankan aktivitas konseling, punya yg nyaman rumah di gunung yg udaranya sejuk, punya jendela besar buat ngeliat air pas turun hujan sambil ngopi, peprustakaan pribadi yang nyaman untuk duduk2 baca buku atau mendiskusikan buku dengan teman-teman, wkakakak

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Merenungi Ego...

10 Oktober 2010   22:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:32 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

“Apa sih Pak,langkah yang bisa langsung dilakukan masyarakat untuk untuk mencegah semakinberkurangnya persediaan air tanah di Jakarta ?

mmm.....salah satu caranya yang aplikatif ya setiap rumah membuat lubang biopori atau sumur resapan, sehingga di musim hujan yang dahsyat ini, kita bisa menampung banyak air. Saat ini air tanah kita perlu injeksi, jangan hanya diambil”.

Begitu kurang lebih percakapan antara seorang reporter TVdengan seorang narasumber yang membahas mengenai semakin menurunnya persediaan air tanah di daerah Jakarta utara yang saya lihat beberapa hari yang lalu.

Tiba-tiba di kepala saya muncul pemikiran : untuk orang bersedia membuat lubang biopori atau sumur resapan demi sesuatu yang tidak tampak sekarang manfaatnya, butuh kesadaran yang tinggi. Dan kesadaran tinggi hanya muncul dari ego yang sudah terkikis. Jika ego kita masih besar, kita akan sulit melakukan sesuatu yang tidak tampak langsung keuntungannya untuk diri kita saat ini, yang manfaatnya baru tampak untuk alam di sekeliling tempat kta hidup, yang buahnya baru bisa dirasakan anak-cucu kita di kemudian hari

“Kelapa gading itu sebenarnya daerah resapan, tapi karena lokasinya strategis, sekarang malah jadi sentra bisnis. Akibatnya ya semakin mengurangi kemampuan resapan tanah, dan kalau musim hujan sering banjir.....” begitu lanjut narasumber

Ini contoh kecil, ketika kita hanya memikirkan keuntungan pribadi dan melupakan hak-hak alam untuk ditunaikan, maka sunnatullah itu akan terjadi. Sunnatullah, hukum sebab akibat yang sudah ditetapkan Allah atas bumi ini sudah ada, kalau kita tidak memahaminya dan melanggarnya maka jangan salahkan bumi yang berusaha menyeimbangkan kembali dirinya. Banjir di aderah-daerah tertentu terjadi karena ada hak-hak bumi yang dilanggar, itu hanya akibat dari sebab yang kita buat.

Ego kita terus membisikkan tentang keuntungan pribadi dan kecemasan bila kalah dalam persaingan. Hingga membutakan kita dari melihat bahwa alam punya aturan.

Gusti Allah.......

Sampai kapan kah kita mau serakah ?

Malu....

Inikah jadinya sekolah-sekolah besar dan mahal yang kita daftarkan anak-anak TK dengan biaya daftar minimal 40 juta ? tidak ada gunanya kalau hanya untuk membuat anak-anak semakin cemas dengan persaingan global sehingga melecut diri mereka untuk menang untung semakin besar dari teman-teman sekelasnya sendiri........

Tidakkah negara kita......terlihat semakin hancur karena mereka yang ingin lebih kaya lagi dan lagi, dan lagi, hingga tak lagi peduli ini hak siapa, dan ini seharusnya ditunaikan untuk apa.

Saiki jaman edan, sing ra edan ora keduman...(sekarang jaman edan, yang tidak ikut edan tidak akan kebagian)

Syair Ronggowarsito ini sedang bergaung di kepala banyak orang rupanya....kita lupa..., kalau syairnya tidak berhenti sampai disitu. Masih ada di baris dibawahnya.....

Nanging sak begja-begjane wong edan, isih begja wong kang eling lan tansah kelingan....(namun seberuntung-beruntungnya orang edan, masih untung orang yang waras dan selalu sadar)

Mengikis ego itu proses.....

Proses yang layak dijalani setiap orang yang merasa dirinya khalifatullah fill ardh, wakilnya Allah di muka bumi. Mamayu hayuning bawana (berbuat sesuatu yang mencerahkan dunia) tiu tidak harus langsung melakukan sesuatu yang besar. Kemauan diri untuk mengikis ego sendiri adalah sumbangsih yang luar biasa untuk meng-construct kehidupan yang lebih baik, insyaAllah.

Jika bersama-sama kita bersedia mengikis ego kita masing-masing, maka bom ‘kesadaran’, bom ‘eling’, dan ‘kewarasan’ mudah-mudahan akan meledakkan carut-marut yang ditimbulkan oleh keserakahan.

“Yang penting ingat bersyukur Yu”, kata Mami Beth, psikolog kami dalam support group yang saya dan teman-teman rutin lakukan Sabtu kemarin. Belajar psikologi harus disertai dengan mendalami agama dan spiritualitas, kalau tidak nanti jadinya hanya sampai di pikiran, bukan di hati......”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun