Mohon tunggu...
Wahyu Bramastyo
Wahyu Bramastyo Mohon Tunggu... -

menjalani hari-hari dengan pekerjaan rutin sebagai konselor, dan guru. mengisi waktu senggang dengan membaca, nulis, maen game, jalan-jalan, nonton TV, dan bobok. suka banget sama mendung, kopi, novel, dan nonton Travel & Living ato Oprah Winfrey Show sangat berharap sesering mungkin terjebak dalam rumah ketika hari hujan bersama sofa besar, selimut flanel, kopi dan novel yang bagus. pengen banget dalam hidup jadi orang kaya, yg nyantai, produktif nulis, membaca banyak buku, menjelajahi banyak tempat menarik, bisa terus mengajar, menghidupkan pendidikan, dan menjalankan aktivitas konseling, punya yg nyaman rumah di gunung yg udaranya sejuk, punya jendela besar buat ngeliat air pas turun hujan sambil ngopi, peprustakaan pribadi yang nyaman untuk duduk2 baca buku atau mendiskusikan buku dengan teman-teman, wkakakak

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menilik Hujan Akhir-akhir Ini...

10 Oktober 2010   21:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:32 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sepulang resepsi pernikahan kakak saya di jogja, di dalam mobil kami menyaksikan angin besar bertiup menerbangkan baliho dan merobohkan papan-papan reklame di sepanjang perbatasan jalan ringroad.....

......Sore ini seusai kerja, saya berjalan kaki pulang dalam terpaan hujan dan menyapa seorang tukang ojek yang kebetulan mangkal di dekat rumah. “Hujan Paaaak!” teriak saya.

“Iya ni, sekarang kaga ada musim !” teriak Bapak tukang ojek, “tahu-tahu panas, tahu-tahu hujan !”...

Sesampainya di rumah, saya menyalakan TV dan disambut dengan berita sebuah pohon besar yang roboh tertiup angin dan menimpa sebuah mobil mewah.........

Beberapa waktu sebelumnya....., ratusan ribu kilometer dari lokasi mangkal tukang ojek tersebut.....

Presiden Maldives sedang memimpin sidang kabinet di dasar laut, sebagai simbol keprihatinan bahwa apabila konferensi ke 15 dari United Nations of Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang bersidang di Kopenghagen, Denmark pada Desember tahun lalu tidak mencapai kesepakatan, maka negara Maldives terancam akan tenggelam akibat melelehnya gunung es karena pemanasan global.....

Sementara itu beberapa ratus ribu kilometer dari Maldives.........

Kabinet Pemerintahan Nepal mengadakan sidang kabinet di dekat puncak Mount Everest dengan para anggotanya menggunakan masker oksigen karena lapisan oksigen di ketinggian tersebut yang begitu tipis...

Maldives dan nepal sama-sama mengungkapkan keprihatinannya, karena Maldives terancam tenggelam dan Nepal terimbas dampak melelehnya salju Mount Everest apabila,......pemanasan global tidak diatasi.

Para pemimpin dunia saat ini sepakat bahwa suhu bumi tidak boleh naik melebihi 2 derajad celcius di atas suhu bumi pada masa sebelum Revolusi Industri . karena jika tidak, maka kehidupan manusia dan mkhluk hidup lainnya di bumi tidak dapat berlangsung lagi akibat efek pemanasan global. Sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke-18 hingga kini, proses pembangunan menuntut penggunaan teknologi untuk terlaksananya proses industri. Sayangnya sebagian besar teknologi industri yang dihasilkan umumnya memiliki dampak yang besar terhadap kerusakan lingkungan.

Pencemaran udara akibat pembakaran fossil fuel, gas, dan batubara menciptakan semacam ‘selimut’ yang membungkus bumi sehingga menaikkan suhu dan mengakibatkan perubahan iklim. Ini yang sejak SD sering kita dengar dengan istilah efek rumah kaca. Semakin tebal selimut yang terbentuk, semakin panas suhu bumi.

Dampaknya tentu saja tidak sedikit. Salah satu dampak kecil nya saja, bongkahan es di kutub yang meleleh menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga air dari sungai di daratan yang hendak mengalir ke laut jadi terhempas balik dan mengakibatkan banjir di sepanjang tepian sungai. Selain itu, saat ini beberapa pulau di sekitar Samudera Pasifik seperti Kiribati dan Nauru telah tenggelam pada musim pasang.

Suhu air laut yang naik akibat pemanasan global juga mempengaruhi arus angin sehingga menjadi angin topan kencang dimana-mana. Perubahan iklim tak pelak lagi juga berpengaruh pada perubahan musim dan bertambahnya curah hujan. Dan perubahan iklim memunculkan evolusi virus penyakit baru yang dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Belajar dari kapal Titanic yang tenggelam setelah menabrak bongkah gunung es akibat terlambat belok, demikian juga dengan kita jika ingin menghindari dampak dari pemanasan global tidak bisa dilakukan tiba-tiba. Kita harus mulai ‘mengubah haluan’ dari sekarang.

........Saya jadi teringat dengan suku Na’vi dalam film Avatar yang mati-matian berusaha mempertahankan kelestarian hutan tempat mereka hidup dari serangan pasukan militer. Bangsa Na’vi paham bahwa satu kehidupan terhubung dengan kehidupan yang lain. jika satu dirusak, maka yang lain akan kena imbasnya..........

Upaya mencehgah pemanasan global ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Ini adalah kerja keras berjamaah yang musti dilakukan serentak oleh semua bangsa di bumi ini. tapi apakah mudah ? kenyataannya tidak, banyak sekali masalah yang saling terkait satu sama lain sehingga meskipun kita tahu bahwa mencegah pemanasan global dengan mengurangi emisi gas buang harus dilaksanakan, tapi masih banyak negara yang berusaha cari untung.

Ambilah contoh Amerika dan Cina sebagai dua negara penyumbang CO2 terbesar di dunia. Cina menyumbang CO2 lebih besar dibandingkan AS. Dan negara-negara maju mendesak negara2 berkembang seperti Cina, India ,dan Brasil ikut menurunkan GRK (Gas Rumah Kaca) dengan tingkat yg sama dengan yg dihasilkan negara-negara maju. Sebuah alasan yg tentu saja mengandung muatan politis, karena dengan menuntut pengurangan GRK tentu saja laju industri juga ikut menurun, akibatnya akan lebih aman bagi negara-negara maju dalam kancah persaingan industri, mengingat Cina merupakan salah satu raksasa industri yang perlu diperhitungkan juga oleh negara-negera eropa.

Bpk. Emil Salim dalam sebuah tulisannya yang saya baca baru-baru ini pernah memaparkan fakta yang intinya menunjukkan bahwa meskipun Cina menghasilkan emisi gas CO27,7 GTCO2 ekuivalen dan AS hanya sebesar 7,4 GtCO2e, namun dengan jumlah penduduk Cina yang mencapai 1330 juta dan As yg hanya 304 juta serta dengan membandingkan pendapatan per kapita penduduk Cina dan AS, serta jumlah pengguna mobil di Cina dan AS, maka menjadi tidak adil apabila Cina harus memiliki standard penuruna GRK yang sama dengan AS.

Tahu tidak, jika negara-negar a berkembang (India, Cina, Brasil, dll) tidak bersedia menurunkan tingkat GRK nya dengan tingkat yang sama dengan negara-negara maju (yg mana ini sbnrnya tidak adil), senat AS mengancam tidak bersedia lagi di menetapkan jumlah GRK yang perlu diturunkan di kemudian hari. Dan jika AS tidak bersedia, maka negara-negara Uni Eropa juga tidak bersedia melakukannya, yangakan segera diikuti oleh negara-negara lainnya juga.......(Lagi-lagi masalah ego....... untuk bumi yg ditinggali sendiri....bayangkan....teuteuup ya...)

Saya bukan seorang ahli lingkungan, tetapi saya sangat ingin memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan bumi tempat kita semua hidup bersama. Dan dari situ saya berharap saya bisa ikut memberikan andil meskipun hanya sebatas mematikan saklar lampu yang tidak dibutuhkan, berjalan kaki atau naik kendaraan umum saja jika bepergian sehingga tidak menambah kadar gas buang di udara, mematikan AC ruang kerja sesering mungkin dan menggantinya dengan udara alami jika memungkinkan, atau membagi tulisan ‘slenthingan’ seperti ini.

Karena di saat kita sedang bertengkar antar agama....selimut CO2 sedang menebal,

di saat kita sedang mengantongi uang rakyat untuk satu lagi Mercedes di garasi....sebuah suara retakan gunung es terdengar di Kutub Utara

dan di saat kita sedang memikirkan tas warna apa lagi yang akan dibeli selanjutnya di Singapore, Vanuatu dan Kiribati tenggelam oleh gelombang pasang akibat permukaan laut yang naik......

semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun