Mohon tunggu...
Wahyu Bramastyo
Wahyu Bramastyo Mohon Tunggu... -

menjalani hari-hari dengan pekerjaan rutin sebagai konselor, dan guru. mengisi waktu senggang dengan membaca, nulis, maen game, jalan-jalan, nonton TV, dan bobok. suka banget sama mendung, kopi, novel, dan nonton Travel & Living ato Oprah Winfrey Show sangat berharap sesering mungkin terjebak dalam rumah ketika hari hujan bersama sofa besar, selimut flanel, kopi dan novel yang bagus. pengen banget dalam hidup jadi orang kaya, yg nyantai, produktif nulis, membaca banyak buku, menjelajahi banyak tempat menarik, bisa terus mengajar, menghidupkan pendidikan, dan menjalankan aktivitas konseling, punya yg nyaman rumah di gunung yg udaranya sejuk, punya jendela besar buat ngeliat air pas turun hujan sambil ngopi, peprustakaan pribadi yang nyaman untuk duduk2 baca buku atau mendiskusikan buku dengan teman-teman, wkakakak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengelola Unfinished Business

13 Juni 2010   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ide menulis tentang unfinished business ini awalnya muncul ketika saya menyaksikan perilaku beberapa orang yang berkonflik ketika sedang menemani anak-anak camping. Suasana pagi yang nyaris dibuat sempurna oleh udara sejuk pegunungan, secangkir kopi di tangan kiri & buku bacaan di tangan kanan tersebut menjadi sedikit ternoda karena dua orang teman saya mendebatkan kebenaran content sebuah buku dengan cara yang menurut saya agak sembarangan. Tapi saya jadi punya tontonan menarik untuk dianalisis sebagai pengganti DVD yang tentunya tidak boleh dibawa saat camping.

Menarik memang mempelajari motif apa sebenarnya yang dominan di balik perilaku manusia. Salah satu ketertarikan saya mempelajari ilmu psikologi adalah karena ingin memahami dinamika psikologis maupun kondisi emosi yang melatar belakangi munculnya perilaku tertentu. Dari situ saya berharap dapat membantu menyelesaikan perilaku bermasalah dengan memahami dan menyelesaikan kebutuhan di baliknya, selain tentunya bermanfaat untuk diri saya sendiri. Istilah populer yang sering dipakai mahasiswa psikologi adalah ‘berobat jalan’—sambil kuliah sambil menyelesaikan masalah pribadi ^_^

Unfinihsed business kita di masa lalu memang jika tidak diselesaikan dapat membawa dampak yang cukup signifikan dalam mempengaruhi perilakukita saat ini maupun ke depannya. Mengingat apa yang kita pikirkan dan kita rasakan memang berdampak pada perilaku kita. Dalam bukunya Think Good, Feel Goodcognitive behavior therapy workbook for children and young people, Paul Stallard menerangkan bahwa pikiran tertentu yang muncul dalam benak kita (positif maupun negatif) akan mempengaruhi kondisi perasaan kita (positif maupun negatif) dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan yang kita ambil. Apa yang ada dalam pikiran kita inilah yang seringkali kurang kita sadari sehingga kita kesulitan mengubah perilaku negatif tertentu.

Saya teringat salah seorang yang saya kenal terlihat selalu berusaha menunjukkan kelebihan yang dimilikinya dalam porsi yang tidak semestinya dilakukan oleh orang dewasa. Karena seringnya melakukan pola ini, banyak teman-temannya yang merasa jengah ketika ia melakukan hal serupa berkali-kali. Suatu kali ketika terlibat percakapan dengan saya, saya bertanya “nampaknya kebutuhanmu untuk mendapat pengakuan cukup tinggi ya ?” dan dari situ ia menceritakan bagaimana dulu ketika masih kecil ia selalu merasa dibanding-bandingkan dengan saudaranya karena banyak orang mengatakan bahwa secara fisik dan kemampuan ia tidak lebih baik dari adiknya.

Dalam kasus teman saya ini, kebutuhannya untuk mendapat pengakuan yang seharusnya terpenuhi di rentang usia sebelumnya rupanya kurang tercukupi, sehingga ketika ia beranjak dewasa, PR yang belum terselesaikan tersebut berusaha ia kerjakan di waktu yang kurang tepat. Itu sebabnya ia jadi terlihat kekanak-kanakan, karena hal semacam itu biasanya dilakukan oleh orang-orang yang usianya lebih muda. Menunjukkan sisi positif & keberhasilan kita tentunya sah-sah saja dilakukan, tapi jika kita melakukannya setiap saat tanpa memperhatikan teman-teman kita sedang inigin mendengar apa, tentunya hal ini jadi memuakkan.

Matthew McKay, Ph.D & Patrick Fanning dalam buku mereka Self Esteem menyebutkan mengenai beberapa jenis kebutuhan dasar perasaan manusia, antara lain :

1.Secure & unafraid

2.Effective & competent in the world

3.Accepted by parents & significant others

4.A sense of worth & OK ness in most situation

Selama kebutuhan perasaan di atas belum tercukupi, kita akan selalu berusaha mencari cara untuk memenuhinya. Upaya kita untuk memenuhinya inilah yang seringkali menjadi motif kita dalam berperilaku.

Menyelesaikan unfinished business dapat berarti berdamai dan memahami pola yang sedang terjadi. Selanjutnya jika kita sudahmengetahui pola yang menghasilkan siklus negatif, kita dapat mulai mengubah hal-hal mendasar yang menyebabkan munculnya pola tersebut, bisa jadi itu berupa pikiran negatif yang kita percayai sehingga menjadi sebuah belief tertentu.

Apa yang dilakukan dalam proses trauma healing salah satunya adalah berusaha melihat kembali unfinished business yang masih mengganjal dan mempengaruhi pola hidup kita saat ini secara negatif dan berusaha menyelesaikannya dengan bimbingan orang yang berkompeten. Memang seringkali kita harus berhadapan kembali dengan memori-memori yang tidak kita sukai, namun ini merupakan langkah awal untuk mengenali trauma kita dengan lebih baik, memahami, dan untuk selanjutnya menerima serta berdamai dengannya. Ketidaksediaan kita untuk memahami lebih baik memori-memori negatif yang mengganjal sebenarnya tidak membuat hal tersebut hilang begitu saja, yang sering terjadi kita hanya menekannya ke alam bawah sadar sehingga dapat muncul sewaktu-waktu dalam berbagai bentuk. Bukan lari dari masalah solusinya, tapi menyelesaikannya. Dalam aktivitas support group yang beberapa kali saya ikuti, tampak peserta sangat terbantu dengan mengungkapkan perasaannya secara terbuka, kekecewaannya pada beberapa sikap orangtua, kecemasan terhadap situasi tertentu, atau hal-hal lain yang mereka pndam di selama ini di bawah sadar. Dan dengan memahami alur munculnya masalah, secara bertahap peserta dapat mulai memutus irational belief tertentu yang dibentuk berdasarkan pengalaman negatif mereka di masa lalu. Proses semacam ini sangat melegakan dan membantu menjalani hidup ke depan dengan pandangan yang lebih positif terhadap kehidupan.

Meskipun begitu, tidak semua unfinished business berdampak buruk tentunya. Beberapa orang yang mampu melakukan coping dan mengelola unfinished businessnya dengan baik, dapat mengubahnya menjadi sebuah dorongan positif untuk menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti sahabat yang pernah saya ceritakan sering diolok-olok kakaknya di tulisan saya sebelumnya, ternyata ia berhasil mengubah peristiwa tersebut menjadi energi yang memotivasinya untuk menciptakan lembaga swadaya untuk membantu orang lain yang mengalami pelecehan atau abuse dari pasangannya. Beberapa motivator dengan biaya termahal yang sering kita lihat tampil atau kita baca bukunya juga berangkat dari kondisi minus, namun berhasil mengolahnya sebagai bahan bakar untuk tidak kembali berada di posisi kehidupan mereka di masa lalu. Mereka menyelesaikan unfinished businessnya dengan cara membuat penyaluran yang positif dengan berbagai aktivitas yang berguna untuk sesama.

Ufinished business perlu ditangani ketika ia mempengaruhi daily life kita secara negatif. Dan nampaknya saya harus berhenti menulis untuk segera meyelesaikan unfinished business saya, karena dari tadi pagi tumpukan cucian saya Cuma direndem dan belum mulai saya kucek^_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun