Mohon tunggu...
Wahyu DwiLestari
Wahyu DwiLestari Mohon Tunggu... Mahasiswa S2 Magister Pendidikan Ekonomi UNS -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perlunya Kolaborasi antara Bekraf dan Kominfo untuk Memajukan UKM di Indonesia

1 November 2018   18:52 Diperbarui: 1 November 2018   18:54 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laporan The World Economic Forum dan INSEAD Tahun  2017 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 73 dari 139 negara berdasarkan Networked Readiness Index (NRI), yang membuat Indonesia dalam posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Singapura yang berada di peringkat ke-1, Malaysia peringkat ke-31, dan Thailand peringkat ke-62.

Permasalahan yang menyebabkan rendahnya tingkat kesiapan jaringan Internet di Indonesia antara lain: (1) Tidak memiliki kebijakan dan peraturan yang jelas tentang perlindungan perangkat lunak dan pengembangan e-bisnis, regulasi dalam memfasilitasi penetrasi PC dan dukungan ICT, (2) Telekomunikasi miskin infrastruktur, terutama di daerah-daerah terpencil, (3) Indonesia adalah salah satu penyedia broadband terendah di Asia Pasifik, hal ini menyebabkan kecepatan koneksi internet di Indonesia jauh lebih lelet dibandingkan dengan negara-negara lain, dan (4) Terbatasnya ahli ICT.

Rendahnya tingkat kesiapan jaringan internet tersebut juga berdampak pada rendahnya jumlah pelaku e-Bisnsis di Indonesia. Kegiatan proses rantai pasokan barang/Supply Chain Management (SCM) sebagian besar masih dilakukan secara konvensional. Padahal, Indonesia, memiliki jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) terbesar di Asia Tenggara yaitu sebanyak 53 juta. Semestinya, kita bisa menjadi leader dalam e-Bisnis terutama di kawasan Asia Tenggara.

Sebagaimana yang kita tahu, saat ini, peran perusahaan manufaktur telah mengalami perubahan dari menyediakan kebutuhan dan melayani pasar domestik menjadi melayani pasar internasional melalui jejaring bisnis ataupun rantai pasokan.

Adapun, penggunaan sistem informasi elektronik sangat penting untuk mempermudah proses rantai pasokan barang dari suatu produsen ke produsen (Business to Busniness/B2B) maupun dari produsen ke konsumen (Business to Consumer/B2C) agar bisa memaksimalkan pendapatan. 

Namun, kita tidak bisa serta-merta menyalahkan jaringan internet di negara kita yang masih tertinggal sebagai penyebab utama e-bisnis tidak berkembang. Tapi Sumber daya Manusia (SDM), dalam hal ini ialah para pelaku UKM, juga perlu mendapat perhatian lebih lanjut. Banyak para pelaku UKM yang belum mengerti bagaimana memanfaatkan internet dengan baik untuk memajukan bisnis mereka. 

Sehingga, sebaik appaun jaringan internet telah berubah, belum tentu akan memberikan dampak bagi kemajuan e-Bisnis selama kualitas SDM belum diperbaiki. Hal tersebut juga disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra mengatakan usai Rapat Dengar Pendapat Komisi X DPR RI terkait RKA/KL Bekraf Tahun 2019 di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.

"Permasalahan UKM itu jelas permodalan, HAKI, infrastruktur lemah, dan SDM. Nah, kalau sudah dihilir baru dibina, itu tidak ada manfaatnya," katanya.

Pemerintah, dalam hal ini Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo),  berperan besar untuk membantu peningkatan e-Bisnis melalui literasi pemanfaatan sistem informasi dalam e-SCM sebagai upaya meningkatkan pembangunan UKM dalam perekonomian digital (e-Bisnis).

Selain itu, dukungan pemerintah juga bisa meningkatkan pengetahuan pelaku UKM dalam e-Bisnis dengan menyediakan dana untuk pusat penelitian e-Bisnis dan memfasilitasi adopsi e-Bisnis untuk UKM melalui seminar dan lokakarya.

Literasi e-SCM sangat penting untuk diberikan pada para pelaku UKM, karena pada dasarnya, e-SCM sendiri merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang terkait dengan aliran material/produk, baik yang ada dalam suatu organisasi maupun antar organisasi, mulai dari produsen hingga produk sampai ke tangan konsumen akhir, dengan memanfaatkan teknologi informasi. 

Adapun, setiap channel dalam suatu rantai pasokan memiliki aktivitas-aktivitas yang saling mendukung baik meliputi perancangan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, distribusi, transportasi, penyimpangan atau pergudangan, dukungan pelayanan kepada pelanggan, dan proses pembayaran.

Implementasi sistem informasi memberikan fasilitas untuk sharing informasi dan koordinasi antara mitra bisnis internal dan eksternal yang disebut sistem informasi interorganisasional.

Sistem informasi interorganisasional merupakan sekumpulan sumber daya teknologi informasi yang mencakup jaringan komunikasi, hardware, dan aplikasi teknologi informasi, standar untuk transmisi data, keterampilan dan pengalaman sumber daya manusia. Sistem ini memberikan kerangka kerja untuk kerja sama antar perusahaan dengan menggunakan media elektronik.

Terkait dengan perbaikan pelayanan konsumen, aplikasi teknologi informasi memberikan kemampuan bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik dalam hal produk, jasa, informasi yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan saat ini. Melalui aplikasi teknologi informasi seperti internet, perusahaan dapat memperbaiki komunikasi dengan konsumen melalui masukan, keluhan, dan konsumen dapat mengakses informasi tentang perusahaan.

Contohnya yaitu Electronic Data Interchange (EDI) system, untuk membantu memperbaiki perolehan sumber daya dengan menyajikan telekomunikasi yang menghubungkan antara perusahaan, suppliers, bahkan pelanggan.  Meskipun, karena tingginya biaya dan tidak fleksibel, saat ini banyak perusahaan beralih pada teknologi Enterprise Resources Planning (ERP). Secara keseluruhan, implementasi teknologi informasi akan mengurangi waktu respon untuk pelayanan konsumen sehingga loyalitas konsumen dapat ditingkatkan.

Berdasarkan hasil Rapat Dengar Pendapat Komisi X DPR RI terkait RKA/KL, Bekraf berencana membuka perwakilannya di seluruh daerah di Indonesia agar UKM yang ada bisa didorong menjadi UKM yang mandiri. Hal ini tentu menjadi satu langkah yang baik terutama untuk memberikan literasi e-SCM pada para pelaku UKM. Program ini dirasa akan lebih maksimal lagi, jika diintegrasikan dengan  target Kominfo untuk menciptakan Indonesia yang semakin digital dan online.

Adapun, 4 target Kominfo yang dimaksud, antara lain: (1)Target 8 juta UMKM go online, (2) Satu juta petani dan nelayan masuk online, (3) Gerakan Nasional 1.000 Startup, dan (4)The next Indonesian unicorn. Intinya, target utama dari semua program adalah sumber daya manusianya terlebih dahulu, karena merupakan bentuk capital investment yang terpenting. Oleh karena itu, jika ingin meningkatkan output dalam bentuk pendapatan pemerintah yang meningkat melalui  kemajuan dunia e-bisnis di Indonesia, terlebih dahulu kita perlu merombak SDM nya yang tidak lain adalah para pelaku UKM maupun masyarakat yang berniat mengembangkan bisnis UKM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun