Mohon tunggu...
wahyu setyowati
wahyu setyowati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri Malang

saya seorang mahasiswa yang aktif mengikuti unit kegiatan mahasiswa beladiri Tapak Suci. saya memiliki hobi menulis puisi dan juga sepak bola. hampir setiap kegiatan olahraga saya gemari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Pendidik yang Terdidik Era Generasi Z yang Akrab dengan Teknologi

16 Juli 2022   07:16 Diperbarui: 16 Juli 2022   07:22 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan saat ini dihadapkan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Tantangan yang muncul tidak lagi sama dengan periode yang telah lalu. Generasi saat ini lebih akrab menggunakan teknologi dalam setiap kebutuhan hidupnya. Bayangkan saja saat ini kebutuhan apapun dapat dipenuhi hanya lewat smartphone dalam gengaman saja. Hal tersebut membuat generasi saat ini sangat menginginkan semua hal yang cepat, praktis dan singkat. Sudah tidak lagi seseorang datang ke perputakaan fisik untuk membaca buku, anak sekarang lebih tertarik membaca lewat smartphone, tidak lagi melihat berita dari televisi, koran, atau majalah. Mereka lebih senang menggunakan aplikasi dan sosial media terkini yang ada di smartphone. Generasi saat ini yang akrab disapa dengan gen z sangat menyukai hal yang praktis dan cepat. Semua hal yang dilakukan sangat akrab dengan teknologi terbaru. Maka dari itu pendidikan sewajarnya mengikuti perkembangan teknologi. Mengikuti pembaharuan dan terus menerus melakukan perbaikan. Sejalan dengan hal tersebut pemerintah Indonesia dalam hal ini menteri pendidikan membuat kurikulum pendidikan yang terbarukan.

Sejalan dengan hal tersebut sebagai pendidik patut kiranya kita memahami dan akrab dengan perkembangan teknologi. Bagaimana kita sebagai pendidik menjadikan suasana kelas hidup dan penuh makna bagi peserta didik adalah hal yang penting. Menjadikan peserta didik tertarik mengikuti pembelajaran ditengah gempuran hiburan yang menarik di media sosial. Menjadikan pembelajaran yang menyenangkan tanpa membuat beban belajar bagi peserta didik. Memang dalam pelaksanaannya tidak semudah apa yang di gambarkan dan di rancang. Butuh banyak uji materi, uji coba berulang kali dan evaluasi tentunya untuk progres yang diinginkan. Perbaikan-perbaikan yang seringkali dilakukan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang menjamin kualitas belajar peserta didik.

Untuk itu pada pelaksanaan Asistensi Mengajar yang dilakukan mahasiswa Universitas Negeri Malang di SMA Laboratorium UM mencoba mengakrabkan pembelajaran berbasis teknologi. Mengingat pelaksanaan Asistensi Mengajar masih pada situasi pandemi di awal tahun 2022 tepatnya pada bulan Maret lalu, sehingga proses belajar mengajar di SMA Laboratorium masih mengadakan pembelajaran secara hybrid (50% online, 50% offline). Pada proses pembelajaran mahasswa dituntut untuk bisa mengkondisikan kelas secara tatap muka dan online lewat zoom meeting secara bersamaan. Ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi mahasiswa praktikan, terlebih lagi butuh penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah dan kondisi kelas yang sangat baru bagi mahasiswa praktikan. Mengenal karakter siswa dan gaya belajar di kelas tersebut juga bukan hal yang mudah. Kendati demikian proses belajar mengajar terus berjalan sesuai dengan jadwal yang diberikan kepada mahasiswa praktikan.

Mahasiswa yang mengikuti Asistensi Mengajar terdiri dari mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling, Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Biologi, dan Fisika. Penulis sendiri adalah mahasiswa praktikan dari jurusan Bimbingan dan Konseling. Menjadi mahasiswa praktikan dari jurusan Bimbingan dan Konseling bertemu dengan banyak hal baru yang belum pernah didapatkan saat duduk di bangku perkuliahan. Saat mengikuti kegiatan Asistensi Mengajar, mahasiswa dihadapkan secara langsung dengan permasalahan-permasalahan nyata yang dialami siswa secara langsung. Tidak jarang kami juga terkejut dengan permasalahan yang muncul dari siswa. Banyak hal yang ternyata jauh dari teori yang sempat dipelajari di perkuliahan. Misalnya saja terkait dengan teori konseling, yang menuntut konselor (guru BK) untuk menerapkan teknik-teknik dalam konseling, mengikuti keterampilan dasar komunikasi, dan langkah-langkah baku. Tetapi pada pelaksanaanya kita tidak bisa sekaku seperti halnya yang dijelaskan di buku. Saat kita menerapkan sesuai dengan yang ada di perkuliahan siswa cenderung takut untuk memulai percakapan sehingga proses konseling tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Butuh banyak pendekatan secara personal terhadap siswa yang akan melakukan konseling.

Kebanyakan dari siswa bermasalah adalah mereka yang mengalami jenuh dan bosan dengan pembelajaran secara online. Terlebih lagi siswa kelas 10 yang tidak pernah berinteraksi secara langsung baik dengan guru maupun teman sekelasnya. Memang pada awal pelaksanaan pembelajaran secara online peserta didik sangat antusias. Bisa belajar di manapun dan kapanpun menjadi alas an mereka menyukai pembelajaran online. Tetapi setelah pandemi berjalan selama 2 tahun ini, peserta didik mulai merindukan momen belajar di kelas, berinteraksi dengan teman kelas dan tentunya mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler. Siswa yang mengalami kejenuhan belajar secara 0nline sering tidak mengikuti kelas secara zoom dan tugas-tugas harian yang tidak dkerjakan. Sehingga pihak sekolah mengadakan konferensi kasus untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami siswa dengan mendatangkan wali speserta didik. Harapannya dengan diadakannya konferensi kasus ini dapat memperbaiki dan menemukan solusi terbaik untuk perkembangan siswa.

Selain itu permasalahan juga muncul saat pembelajaran di kelas secara hybrid. Pembelajaran secara hybrid memang efektif untuk pembelajaran saat pandemi. Efektif dan efisien waktu, karena siswa yang melakukan pembelajaran online dapat mengikuti pembeajaran hari itu bersama dengan siswa yang engikuti pembelajaran offline. Akan tetapi pembelajaran secara hybrid juga dapat menjadi kesulitan bagi guru pengajar. Saat proses pembelajaran guru dituntut untuk dapat membawa dan menyampaikan materi secara dua arah kepada siswa di kelas dan yang ada di rumah melalui zoom. Terkadang hambatan jaringan siswa yang berada di rumah juga dapat menghambat tersampaikan materi dengan baik. tidak jarang juga karena guru terlalu fokus mengajar di kelas, siswa yang mengikuti proses belajar mengajar lewat zoom jadi terabaikan. Masalah muncul juga saat guru pengajar mencoba untuk memberikan atensi kepada siswa yang mengikuti pembelajaran secara online, mengakibatkan siswa yang ada di kelas merasa bosan karena guru hanya menghadap layar laptop tanpa ada interaksi dengan siswa di kelas.

Maka dari itu saat pelasanaan Asistensi Mengajar, mahasiswa praktikan dari jurusan Bimbingan dan Konseling melakukan bimbingan klasikal dengan menggunakan media yang interaktif dan aplikatif. Media interaktif dan aplikatif yang digunakan diantaranya video edukasi, power point (PPT) interaktf, dan game edukasi. Mahasiswa praktikan membuat video edukasi, power point (PPT) interaktf, dan game edukasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan sesuai dengan program semester yang telah dibuat oleh guru Bimbingan dan Konseling sekolah. Dengan dibuatnya media pembelajaran yang dekat dengan peserta didik harapnya dapat meningkatkan minat belajar dan kualitas penerimaan materi siswa.

Mahasiswa Asistensi Mengajar yang nantinya terjun dalam dunia pendidikan sebagai pengajar harus terus meningkatkan kompetensi dan pengetahuan dalam bidang pendidikan serta mahir dalam penggunaan media pembelajaran yang aplikatif. Mengingat terus berkembangnya zaman dan semakin pesatnya pertumbuhan teknologi riskan jika pendidik masih terpaku pada ajaran lama. Dimana peserta didik hanya mendengarkan materi dari ceramah guru di kelas, tidak ada pembelajaran dua arah yang memunculkan ide dan gagasan dari pemikiran siswa. Sehingga perlu juga sebagai pendidik melakukan pelatihan-pelatihan meningkatkan keterampilan mengelola kelas dan membuat media yang dapat digunakan saat pemeblajaran ditengah generasi saat ini. Kegiatan Asistensi Mengajar ini juga menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan mahasiswa dalam proses mengembangkan soft skill dan belajar secara langsung di lapangan sepurar dunia pendidikan. Harapannya dengan diadakannya Asistensi Mengajar ini mahasiswa mampu belajar menjadi pendidik, meningkatkan keterampilan komunikasi, berinteraksi sosial di lingkungan sekolah dan menjadi pendidik yang profesional nantinya.

Penulis: Wahyu Setyowati-Mahasiswa Asistensi Mengajar Jurusan Bimbingan dan Konseling 2017 UM

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun