Mohon tunggu...
Wahyu Aji
Wahyu Aji Mohon Tunggu... Administrasi - ya begitulah

Insan yang suka mendeskripsikan masalah dengan gaya santai

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Didedikasikan untuk Prabowo dan PSI

17 April 2019   22:54 Diperbarui: 17 April 2019   23:03 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2009 Bulan Juli pada tanggal 8 dilaksanakan Pilpres untuk menentukan pemimpin Indonesia lima tahun ke depan. Kala itu SBY bersama Boediono menjadi kandidat terfavorit, selain faktor petahana yang dimiliki SBY, elektabilitas beliau masih mengungguli kandidat Presiden lainnya. Para penantang tersebut adalah Megawati bersama Prabowo dan partner SBY semasa menjabat sebagai presiden, yaitu Jusuf Kalla berpasangan dengan Wiranto. Hasilnya pun tak mengejutkan, SBY dan Boediono memenangkan pesta demokrasi saat itu.

Lima tahun berselang setelah Pilpres 2009, kali ini masa SBY sudah habis baktinya. Muncullah kandidat baru yang memiliki popularitas yang kian meningkat pesat. Dari seorang walikota Solo, kemudian menjabat Gubernur DKI Jakarta dan tak sampai habis masa tugas kembali dicalonkan sebagai Presiden.

Ya, Jokowi adalah orangnya. Kala itu Jokowi sedang naik daun, namun bukan berarti tak ada penantang. Muncullah seorang Prabowo yang kembali maju pada Pilpres. Ia berpasangan dengan Hatta-Rajasa, sehingga jika di singkat akan menjadi Prahara. Eh salah ding, Praja maksudnya.

Namun ternyata rakyat Indonesia mayoritas lebih menyukai seorang yang terlihat merakyat apalagi budaya kita yang seringkali mengutamakan kekelurgaan dan gotong royong, itu semua ada pada tampilan Jokowi pada saat itu. Beliau membawakannya dengan sangat baik. Alhasil, untuk kedua kalinya Prabowo harus mengubur mimpinya kembali untuk memimpin kita semua.

Kembali pada tahun sekarang yaitu 2019. Pilpres kembali dilaksanakan dan menghadirkan kontestan yang sudah tak asing lagi. Kembali, Jokowi dan Prabowo bertarung dalam kontestasi lima tahunan ini. Rakyat Indonesia sepertinya tak bosan dengan gelanggang yang berisikan mereka berdua, bahkan semakin membuat rakyat menjadi beringas akan keduanya.

Meski belum mendapatkan hasil yang pasti dan asli langsung dari KPU, tetapi quick count berbagai lembaga sudah bermunculan. Kembali, Jokowi mengungguli Prabowo. Sayangnya, Jokowi tak sepenuhnya unggul, beberapa quick count justru mengatakan bahwa Prabowo yang unggul. Ya kurang lebih seperti cerita media massa lima tahun sebelumnya, perbedaan hasil.

Setidaknya, jikapun Prabowo kembali kalah dalam Pilpres kali ini, saya justru kagum dengan beliau. Bagaimana tidak, dua kali sudah kalah dalam pilpres dan masih berani kembali maju pilpres kali ini. Kalau bukan seorang lelaki sejati, mau dibilang apa lagi?. Keteguhan dan kepercayaan dirinya patut mendapat apresiasi.

Prabowo lebih laki daripada laki yang lain. Kenapa? kalian merasa ini lucu? mau ketawa?. Apanya yang lucu dari perjuangan seorang lelaki untuk mendapatkan cita-citanya . Prabowo menunjukkan bahwa tak ada rasa putus asa dan pantang menyerah. Ia tetap melangkah meski kadang didukung oleh orang orang yang membuat elektabilitasnya turun, Amien Rais misalnya. Tapi ia tetap menyambutnya dan siap sedia kembali menantang sang petahana.

Hampir sama dengan nasib Prabowo, partai millennial yang baru lahir yaitu PSI juga mengalami kegagalan. Meskipun terbilang kreatif dalam berkampanye dan menggaungkan bahwa partainya adalah parta millennial dan menjunjung tinggi solidaritas yang kian hari kian menurun di negara ini, tak membuat PSI mendapatkan kepercayaan minimum untuk melangkah ke Senayan.

Partai tante Grace yang terbilang baru tetap tak bisa menyaingi kehebatan Demokrat pada awal kemunculannya yang mendapatkan simpati rakyat secara dramatis. Menjaring millennial mungkin adalah strategi yang jitu, mengingatkan masa sekarang jumlah millennial tergolong banyak.

Tapi mungkin tante Grace lupa bahwa banyak millennial yang jarang untuk menambah preferensi politik dan lebih suka mengupdate instastory setiap 78.3 detik. Tapi saya tetap salut dengan PSI yang selalu berani berbeda. Mulai dari poligami, pembuatan trofi hoax dan ide kreatif menjurus gila lainnya yang tak terpikirkan oleh otak politikus tua. Jadi, partai apa yang kalau disingkat jadinya PSI? udah? astaga anjlok sekali humornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun