Mohon tunggu...
Wahid Romadhoni Wicaksono
Wahid Romadhoni Wicaksono Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP N 1 Mojolaban

Guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Mojolaban yang sedang belajar menulis di media massa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan

8 Desember 2022   09:49 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:57 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Sebuah kisah anak SMA yang mengharapkan kehidupan anak SMA yang bahagia seperi pada umumnya. Masa SMA, orang bilang adalah masa paling indah dalam hidup ini. Masa dimana kita adalah remaja yang sedang senang – senangnya dengan kisah persahabatan atau bahkan kisah percintaan indah yang baru dimulai. Masa yang penuh cerita yang akan dikenang setelah lulus nanti. Saat – saat yang dinantikan dan berat untuk ditinggalkan oleh kebanyakan orang. Mereka yang sangat menikmati dan merasakan indahnya masa SMA pasti merasa sedih saat kelulusan tiba, karena itu artinya mereka akan berpisah dengan teman-teman yang telah memberi warna dihidupnya dan mulai memasuki dunia baru, yaitu dunia perkuliahan. Saat itulah masa SMA akhirnya menjadi sebuah kenangan.

          Namun, indahnya masa SMA itu tidak dirasakan oleh seorang remaja perempuan ini. Namanya Nara. Nara Gita Wijaya lengkapnya. Nama yang indah, tapi tidak seindah kehidupan masa SMA nya. Seperti remaja lainnya, dia juga menantikan indahnya masa SMA. Tapi nyatanya, semua itu tidak Nara rasakan. Masa SMA kelabu yang ia rasakan yang entah kapan keindahan yang semestinya akan datang.

          Sudah satu semester Nara menjadi siswa kelas XI di SMA Grahita Nusantara. Waktu berlalu sangat cepat. Rasanya baru kemarin ia menjadi anak SMP yang masih manja. Sekarang ia sudah menjadi anak SMA yang harus mulai bisa mandiri. Setiap hari Nara berangkat sendiri ke sekolah naik sepeda karena jaraknya yang dekat dari rumah. Selain karena jaraknya yang dekat ia juga tidak mau menambah beban bagi orang tuanya. Nara memang anak yang tidak mau menyusahkan orang lain.

          “ Nara berangkat ya bun, yah.” Ia berpamitan pada kedua orang tuanya.

          “ Iya, nak. Hati-hati di jalan” jawab ayahnya.

          Hanya 10 menit Nara akhirnya tiba di sekolahnya. Ia terlihat sangat semangat seperti biasanya. Dengan tas cukup berat yang digendongnya, ia berjalan menuju kelasnya. Nara selalu bersemangat sekolah. Dia ingin sekali menjadi orang sukses yang bisa mengangkat kehidupan keluarganya jadi lebih baik. Nara dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Ya, keluarga Nara bukanlah keluarga yang kaya raya, ayah Nara bernama Joni, seorang pengusaha, tetapi sekarang usahanya sedang tidak berjalan baik, sehingga memaksa mereka untuk harus bisa hidup hemat. Ibu Nara bernama Sarah, tidak  bekerja karena sakit yang diderita membuatnya tidak boleh kecapekan. Nara bukan anak tunggal. Ia mempunyai kakak yang bernama Mahesa Dharma Wijaya, seorang mahasiswa jurusan manajemen disalah satu kampus ternama.

          Setibanya di kelas, semua temannya sudah bergerombol untuk belajar bersama karena hari ini ada tiga ulangan yang memusingkan.

          “Ra, udah hafal semua materi ulangan hari ini?” tanya Aurel..

          “Baru dikit aku hafalnya hehehe”

          “Kamu  mah gitu Ra, merendah untuk meroket. Dasar psytrap.”

          “Apaan, orang jujur gini dibilang psytrap.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun