Mohon tunggu...
Wahid kurniawan
Wahid kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengarang

Insya Alloh akan jadi seorang writer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Serigala

13 Juli 2019   14:47 Diperbarui: 13 Juli 2019   15:01 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/

Ia dapat kutemukan di tempat ini. Lihat, gadisku tengah menari-nari di atas panggung meliak-liukan tubuhnya yang berpegangan pada satu tiang besi. Aroma alkohol bercampur asap rokok menguar di ruangan penuh lampu saling beradu ini. Dentam musik cepat mengocok adrenalin. Para pria yang tertawa dan menganga. Dan gadis-gadis hilir mudik menggoda dengan suara manja.

Aku memandangnya agak jauh. Gadisku, kekasihku, ia menyambut mataku. Kami berpelukan dalam pandangan.

Sebentar lagi jam kerjanya usai, dan itu artinya sisa waktunya sampai pagi nanti dihabiskanya bersamaku. Tunggu sebentar, begitu kata matanya yang mengerling kepadaku. Ia masih melakukan pekerjaannya, menari dengan pakaian setengah telanjang. Masih berputar, melekukan tubuh, memainkan kaki, menggoda dengan lidahnya yang serupa jambu air itu. Kesemuanya ia lakukan mengikuti irama musik yang menenggelamkan siapa pun di ruangan ini dalam gerak kepala dan nikmat tiada tara.

Aku keluar, menunggunya di belakang bar. Di koridor tadi, beberapa orang memandangku kaget dan sedikit enggan. Mungkin mereka baru kali pertama bertemu denganku. Aku kira itu kali pertama bagi mereka mendapati pria serupa serigala berbulu hitam, bertaring vampir, dan bersorot mata tajam.

Malam membungkus tubuhku dengan selimut dingin yang menggigit kulit. Aku menggigil, merapatkan jaket. Mengedarkan pandangan. Belakang bar ini cukup sepi. Pun suara musik dari dalam hanya terdengar sayup. Sekonyong sejoli keluar tergesa-gesa, tanpa mengindahkan keberadaanku, keduanya segera melancarkan niat berahi mereka. Di pojokkan berciuman liar, saling memagut, kemudian menanggalkan kain satu per satu di tubuh masing-masing. Lain waktu seorang wanita keluar, dengan rambut acak-acakan, dari tubuhnya menguar aroma alkohol bercampur parfum yang sengak. Sama tergesa-gesanya, ia segera berjongkok di lain pojokkan, kemudian, hueek! Isi lambungnya berceceran di sana-sini.

Aku tak memalingkan muka seperti halnya tadi ketika mendapati sejoli muda dibalut birahi gila, pemandangan gadis itu menarik ingatan masa laluku. Aku memandanginya, mengabaikan udara tempatku berdiri yang kini direbaki aroma sengak dari muntahan di lantai dan aroma dari tubuh gadis itu.

Sekitarku terlihat mengabur, suara desahan sejoli keparat itu perlahan melesap, musik dari dalam bar sama sekali tak terdengar, pun 'hueek' dari mulut gadis itu hilang gemanya di peredaran udara. Sekitarku berubah, bukan lagi belakang bar penuh botol terserak dan putung rokok tersebar acak.

Aku melihat jembatan, jalanan yang lengang, dan lampu jalan yang muram. Telingaku dilewati desisan angin yang membawa dingin menusuk kulit. Di langit, bintang tersaput awan. Bulan separuh menggatung jemu.

Mengabur lagi. Aku mendapati diriku berdiri di pinggir jembatan. Memandang ke bawah, ke tempat permukaan air yang beriak tenang dalam gelap. Aku ingat malam itu. Apa yang kulakukan di sana, sampai alasan yang membuatku terdampar di jembatan itu.

Aku ingin mati. Secepatnya.

Huuueeeeek! Aku menoleh. Terkesiap oleh suara serak yang serta-merta ada. Mengedarkan pandangan ke sekeliling, tapi sama sekali tak mendapati sebentuk tubuh pemilik suara itu. Aku mulai berpikir, apa itu panggilang kematianku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun