Mohon tunggu...
Wahid kurniawan
Wahid kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengarang

Insya Alloh akan jadi seorang writer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Serigala

13 Juli 2019   14:47 Diperbarui: 13 Juli 2019   15:01 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/

Ayahmu membalik tubuh. "Apa maksudmu?"

Ibumu disergap kebingungan yang sarat. Isak tangisnya meluruh seketika. Di kepalanya berputar malam-malam panas ia dengan ayahmu. Betapa lelaki itu lebih beringas dan kuat. Lebih liar dan tak sabaran. Dan ia benar-benar kelabakan menghadapinya. Sampai satu kesadaran mencuat dalam kepalanya, ia merasa, lelaki yang selama ini mengetuk pintu kamarnya itu, terasa asing baginya.

"A-aku, aku tak yakin, tapi ... kau sungguh pulang. Mengetuk pintu kamar itu. Dan kita bersenggama hebat. Dan ini, dia anakmu."

Ayahmu mendengus keras. Tak menggubris penjelasan ibumu. Ia justru balik badan dan hendak keluar kamar. Tetapi saat tiba di ambang pintu, tanpa menoleh ia berkata, "Ia bukan anakku, tapi anak setan, iblis, keturunan Genderuwo."

***

Semenjak itu aku sadar, barangkali benar aku bukan anak Ayah. Tetapi anak setan, anak iblis, keturunan Genderuwo. Lihat aku, kataku kepada refleksi diriku di cermin, kini anak setan ini sudah dewasa. Ingatkah kau, hari-hari di sekolah yang kau habiskan di lorong, gudang, dan selalu absen dari praktik di lapangan ketika jam olahraga. Hey, lelaki serigala, lihat dirimu, yang sehari-harinya mengenakan jaket di sekolah dan ke mana pun kau pergi, gadis itu, gadis itu sungguh mencintaimu.

 Aku mencintainya. Gadis itu. Yang bernama Jelita. Ia satu-satunya gadis yang dapat menerima keberadaanku. Satu-satunya yang mau mengobrol lama bersamaku. Yang menjadi alasan keduaku hidup di dunia ini selain Ibu.

Dan aku ingin menikahinya.

"Bila itu yang kau inginkan, lakukanlah. Jadikan ia wanita paling bahagia di dunia ini," pesan Ibu ketika aku mengutarakan niatku.

"Bocah sialan! Kau mau menikahi lonte, hah?! Sudah sinting kau!" rutuk Ayah meluap-luap.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun