Mohon tunggu...
Wahid kurniawan
Wahid kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengarang

Insya Alloh akan jadi seorang writer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Serigala

13 Juli 2019   14:47 Diperbarui: 13 Juli 2019   15:01 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/

"Ya?"

"Kau satu-satunya lelaki di dalam hidupku yang menghargaiku seutuhnya. Bukan saja soal tubuhku ini. Lebih dari itu, kau menghargai hatiku."

  Setelah mengatakan itu, kami menjadi sepasang serigala yang saling mengaum dan melenguh di bawah atap langit yang menatap iba atas nasib kami.

***

"Kontrak ini berlaku selama empat bulan. Tapi kau ingin pulang sekarang? Sialan, kau sungguh serigala cengeng, Jak!"

"Aku rindu rumah."

"Kau baru dua bulan kerja."

"Aku rindu rumah."

"Bajingan! Baik, baik. Demi melihat taring keparatmu itu, kuizinkan kau pulang. Tapi kau mesti segera kembali setelah masalah rindu-rinduanmu usai."       

Aku akan menjadi seorang ayah. Ayah yang baik. Ayah yang penuh kasih sayang. Kukatakan padanya di hari pernikahan kami, aku tak akan mengulangi kesalahan ayahku. Aku tak ingin menjadi ayah yang teramat kurang memberi perhatian untuk anaknya. Sebab itu, aku akan lebih sering pulang awal dari kota tempatku bekerja. Aku tak ingin meninggalkannya lama-lama.

Bis ini berjalan seperti setahun saja lamanya. Padahal aku tahu hanya butuh sehari hari semalam bagiku terperangkap tanpa bisa ke mana-mana di kotak persegi panjang yang muatannya terlampau penuh ini. Barangkali kerinduan membuatku menghitung waktu perlahan demi perlahan. Menenggelamkanku dalam kemelut gelisah tak terperi sepanjang perjalanan ini. Membuatku senantiasa menanyakan 'ini sudah di mana dan butuh berapa lama lagi untuk sampai di tempat tujuan' kepada sang sopir atau keneknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun