Mohon tunggu...
Wahadah Atika
Wahadah Atika Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa

Semoga bermanfaat!!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Anak Berdasarkan Tuntutan Lingkungan

4 Desember 2020   00:15 Diperbarui: 4 Desember 2020   00:20 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan merupakan proses perubahan yang terus berlanjut semasa hidup secara dinamis akibat pengalaman dan kematengan (Hurlock 1991). Dalam perkembangan tersebut terdiri dari, perkembangan fisik, kognitif, sosial, emosi, bahasa, agama, dan moral. Pada masa Golden Egh lah perkembangan manusia perperan pesat, baik kognitifnya, fisik, maupun sosial-emosionalnya. Dalam proses perkembangannya anak mampu belajar melalui berbagai cara seperti, menciptakan atau mencoba sesuatu, meniru kan, maupun belajar melalui pengalaman dari lingkungan. Dengan demikian peran orangtua sangatlah penting dalam memperhatikan perkembangannya, karena lingkungan utama dalam kehidupan anak adalah orangtua. Tugas orangtua hanyalah memenuhi, dan membantu kebutuhan dalam perkembangan anak, serta mendorong anak agar termotivasi untuk mencoba suatu hal baru. Karena setiap anak memiliki bakat dan minat masing-masing, jika tidak mendapatkan rangsangan yang tepat dari lingkungannya maka bakat tersebut tidak akan berkembang. Sehingga pada tulisan kali ini akan membahas bagaimana konsep dasar perkembangan sosial dan emosional anak.

Elizabeth Hurlock berpendapat bahwa, perkembangan sosial merupakan proses belajar dalam berperilaku yang sesuai berdasarkan tuntutan lingkungan yang terdiri dari 3 proses yaitu, perkembangan sosial, memainkan berdasarkan peran sosial yang dapat diterima, dan belajar berprilaku yang dapat diterima sosial. Dalam arti perkembangan sosial merupakan proses belajar dalam memperoleh kemampuan dalam berperilaku yang sesuai dengan keinginan masing-masing dan berdasarkan tuntutan-tuntutan dan harapan yang berlaku di masyarakat. Sedangkan emosi menurut Wirawan Sarwono, merupakan proses perkembangan dari diri sendiri yang didasari warna efektif baik tingkat lemah maupun luas. Tingkat kecerdasan emosi dapat dibagi menjadi lima yaitu, mengenal emosi diri sendiri, memotivasi diri sendiri, mengelola suasana hati, mengenali emosi orang lain, dan menjalin hubungan.

            Dari kalimat diatas dapat disimpulkan bahwasannya perkembangan sosial dan emosi saling berkaitan namun beda aspek. Sehingga peran lingkungan sekitar sangatlah berpengaruh pada perkembangan sosial anak, baik sekolah, keluarga, maupun lingkungan yang lebih luas. Proses menanamkan nilai sosial bisa melalui tiga proses yaitu, proses identifikasi, mitasi, dan internalisadi.

Adapun beberapa tahapan dalam perkembangan sosial-emosional anak sebagai berikut:

  • Masa bayi, anak suka ditinggal, senang ketika berkontrakan dengan tubuh ibunya, akan menangis apabila ia merasa tidak nyaman, akan tetapi akan ia akan diam jika sudah diayun-ayun dan didekap erat. Pada masa ini anak hanya akan merasakan nyaman dan tinyaknya terhadap lingkungan. Rasa sennag bayi akan terangsang bersamaan dengan fisik. Pada usia 1-3 bulan, anak selalu mengamati orang disekitarnya, memandang ibu ketika ingin menuju kearahnya dan tersenyum, akan berhenti menangis apabila ada orang yang mengajaknya berkomunikasi. Sehingga rasa senang dan tidak senang timbul dari rangsangan psikis, dimana anak akan merasakan keterikatan pertamakali pada orang lain ketika ia merasa aman atau tidaknya. Mampu mengekspresikan apa yang ia tidak nyaman, seperti ingin BAB, BAK. Di usia 3-6 bulan anak merespon sesuatu dengan gerakan tangan dan kaki, banyak minat terhadap apa yang terjadi disekitarnya, sehingga menangis jika keinginannya tidak terpenuhi. Merspon dengan cara menangis atau menggerakkan tubuh kearah orang yang tidak dikenal dan akan tertawa kecil apabila diajak bermain. Pada usia 6-9 bulan, anak jika merasa nyaman dalam gendongan, anak akan menempelkan kepalanya dan akan memberontak jika tidak nyaman. Kemuadian diusia 9-12 bulan, anak menerti kata tidak, melambaikan tangan, serta mulai memahami dan mematuhi perintah sederhana. mampu menyatakan keinginannya dengan gerakan tubuh dan kata-kata sederhana. Menirukan cara mengungkapkan perasaan pada oranglain seperti, mencium dan memeluk. Ketika usia 12-18 bulan anak mulai mmapu menunjukan marahnya ketika terganggu, bermain dengan teman tetapi sibuk dengan mainan masing-masing, menunjukan reaksi berbeda dengan orang yang tak dikenal, dan suka mengamati teman yang sedang beraktivitas. Serta ketergantungan pada oranglain dalam segi bantuan. Lalu pada usia 18-24 bulan anak mampu mengekspresikan berbagai reaksi emosi, menunjukkan reaksi menerima atau tidak terhadap seseorang, bermain dengan mainan yang sama, meniru prilaku orang dewasa, serta sudah mulai mandiri seperti makan dan minum.
  • Masa Kanak-kanak Awal (2-6 tahun). Dimana pada masa perkembangan sosial-emosiaonal anak semakin meningkat, baik segi pergaulan, keterampilan, maupun bidang fisik, motorik, mental, dan emosi yang lebih meningkat. Anak semakin ingin melakukan berbagai macam kegiatan. Pada usia 2-3 tahunnya, sudah dapat memahami kesadaran dirinya seperti, memberi salam jika mau pergi, memberi kepercayaan pada orang dewasa, menyatakan perasaannya pada anak lain, berbagi peran. Memahami tanggungjawab dirinya dan orang lain seperti,  mulai mengungkapkan jika ingin buang air kecil maupun besar, mulai mengerti hak oranglain, menunjukkan sikap berbagi, bekerjasama, dan membantu. Serta memahami prilaku prososial yaitu, mampu bermain secara kooperatif dengan kelompok, peduli terhadap orang lain, bermain bersama, dan berbagi pengalaman. Kemudian diusia 3-6 tahunnya sudah dapat mengikuti aktivitas, meniru orang dewasa, marah terhadap hal yang tidak benar, menyatakan perasaan secara verbal, semakin mandiri memahami perbedaan perasaan.
  • Kanak-kanak Akhir (6 tahun-Masa puber). Diusianya yang semakin tumbuh anak mulai berkembang semakin pesat, dmana anak mampu membantu tugas rumah tangga, seperti menyapu, mencuci, membersihkan rumah, mampu berguna bagi orang lain dan diri sendiri, sehingga semakn mandiri. Anakpun telah menyelesaikan tugas-tugasnya dalam masa perkembangan untuk bekal menuju masa remaja.                              Dari penjelasan diatas bahwasannya peran orangtua dan lingkungan sangat-sangat penting dalam perkembangan anak baik dari segi motorik, kognitif, sosial-emosional, bahasa, agama dan moralnya. Dimana lingkungan yang baik tumbuh kembang anak pun akan baik juga berdasarkan tahapan-tahapan perkembangannya, dengan stimulus yang tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun