Mohon tunggu...
Wahadah Atika
Wahadah Atika Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa

Semoga bermanfaat!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah Bahwa Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang Ramah dan Agamis?

8 Maret 2020   11:05 Diperbarui: 8 Maret 2020   11:07 4285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Orang Indonesia ramah-ramah ya,..."

Benarkah ungkap tersebut masih merupakan ciri khas bangsa Indonesia saat ini? 

Pertanyaan-pertanyaan yang kritis terhadap semboyan identitas bangsa nasional harus diupayakan terus-menerus untuk menyesuaikan nilai-nilai baru yang terus berkembang dilingkungan masyarakat. 

Identitas yang merupakan sebuah pernyataan tentang nilai-nilai budaya suatu bangsa  yang bersifat khusus atau khas sebagai pembeda dengan bangsa lain. Dan ciri khas yang melekat pada bangsa tersebut yang membuat banyakna keterkaitan dengan sebutan 'Identitas nasional'. Dengan demikian, sebuah proses dimana pembentukan indentitas nasional bukanlah hal yang telah usai, melainkan dimana yang akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Indentitas nasional yang bersifat relatif dan kontekstual sehingga menuntut setiap bangsa untuk selalu berfikir kritis terhadap identitasnya serta dituntut untuk selalu menambah referensi pemahaman dan pemaknaan terhadap jati dirinya masing-masing. 

Dan kini dunia yang semakin berubah, yang timbul dari akibat mengglobalnya pemikiran tentang kapitalisme, secara langsung maupun tidak langsung itu telah membentuk suatu karakter dan pola pikir bangsa Indonesia. Kehidupan sosial yang semakin berorientasi materiil, telah mempengaruhi pandangan sosial bangsa Indonesia yang selama ini selalu disebut atau dikenal sebagai manusia yang berwatak sosial dan agamis.

Memahami kenyataan sosial sehari-hari, sebutan ini tidaklah selamnya tepat. Meningkatkan kasus korupsi dan maraknya tindakan kekerasan yang dilakukan masyarakat dan negara merupakan kenyataan yang tidak tepat yang berarti jauh dari julukan luhur Indonesia sebagai masyarakat yang ramah dan agamis. Maraknya kerusuhan sosial di sejumlah daerah tersebut menunjukkan tatanan sosial masyarakat Indonesia tersebut sudah berubah. Banyaknya suatu tindakan-tindakan anarkis atau sebuah perusakan terhadap fasilitas umum oleh sebagian aksi unjuk rasa menggambarkan bahwa rendahnya kesadaran masyarakat akan bahwasanya fasilitas umum dibangun dari uang rakyat tersebut.

Perbedaan yang luas antara si kaya dan si miskin ditengah maraknya pembangunan menambah kuat asumsi akan menimbulkan rendahnya rasa kesetiakawanan sosial bangsa Indonesia. Dalam kehidupan agama pun, Indonesia sudah banyak perubahan sebagimana yang terlihat pada maraknya perayaan hari-hari besar keagamaan, tidak sebanding lurus dengan angka tindakan korupsi di kalangan birokrasi dan swasta yang masih tinggi.  Sebuah kenyataan perbedaan dari ungkapan-ungkapan positif atas indentitas nasional Indonesia.

sehingga para ahli pun mengungkapkan beberapa unsur yang menjadi komponen identitas nasional, diantaranya:

1. Pola perilaku, sebuah gambar dimana terwujud pada kehidupan sehari-hari seperti halnya adat istiadat, budaya dan kebiasaan, ramah tamah, dan hormat kepada orang tua.

2. Lambang-lambang, yang merupakan gambaran berdasarkan fungsi dan tujuan negara. Yang biasanya dilambangkan dalam undang-undang seperti bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun