Mohon tunggu...
Awaludin Mahmud
Awaludin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - sederhana, tenang, vissioner

Dinamis, Egaliter, Lidership Bergerak dan melangkah bersama untuk merubah sesuatu yang terabaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revitalisasi Budaya

23 Maret 2018   15:02 Diperbarui: 23 Maret 2018   15:06 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika saya masih anak-anak, saya sudah disuguhkan dengan sebuah tradisi kebudayaan yang unik dan dinamis, unik dalam pengertianya adalah sesuatu seremonial tradisi yang orang lain tidak memiliki seperti apa yang kita miliki, serta dinamis dalam pengertian yang selalu berubah sesuai dengan masa dan dinamika serta pola pikir masyarakat lokal dimana budaya itu berada. Budaya memiliki peranan yang sangat strategis dan penting bagi mereka yang memiliki kepentingan tertentu dan jika budaya tersebut hilang niscaya hilangnya pula kepentingan tersebut.

Tatkala perjalanan usia saya makin tumbuh dewasa terpotret budaya yang sampai hari ini tetap eksis dan berjalan dengan mulus, budaya dijadikan sebagai barometer ke eksistensian jati diri bagi mereka yang menlakoninya dengan baik, tatkala upacara demi upacara ada yang tidak melakoninya maka sudah barang tentu orang tersebut akan mendapatkan justifikasi hukum dengan bahasa tidak paham budaya atau bahkan tidak bisa melaksanakan budaya tradisi adat istiadat yang berlaku.

Ironis jika pemikiran tersebut kemudian menjadi suatu bentuk yang baku yang tidak bisa direvitalisasi kembali, oleh demikian keberadaan budaya yang mestinya direvitalisasi maka harus direvitalisasi.

Revitalisasi budaya merupakan pelurusan kembali nilai-nilai budaya lokal yang mungkin banyak penyimpangan di kalangan penganut budaya, penyimpangan -- penyimpangan tersebut bisa di tinjau dari perspektif agama, sosial, pendidikan, ekonomi maupun masyarakat, sehingga keberadaan budaya tersebut tidak merupakan salah satu pihak di satu sisi dan menguntungkan sisi yang lain.

Dalam perspektif agama dijelaskan bahwa, agama memiliki peranan yang sangat substantif dalam menganalisa dan sebagai problem of solvingdalam mengatasi persoalan-persoalan manusia, agama sebagai simbol penterjemahan manusia akan eksistensi Tuhan, jika dalam perjalanan budaya tersebut bersaing bahkan bertentangan dengan aturan hukum secara normatif syariat maka agamalah yang kita prioritaskan dan budaya yang harus patuh dan tunduk mengikuti aturan baku agama dan bukan sebaliknya.

Sebagai contoh sederhana adalah ketika seseorang yang ingin melaksanakan ikatan suci sebuah pernikahan yang baginya sudah memenuhi syarat agama namun beberapa item upacara adat yang tidak bisa dipenuhinya baik dari sisi hantaran, belis, seserahanyang kurang sesuai dengan yang di inginkan pihak perempuan maka niat suci pernikahan bisa di gaglkan dan di batalkan. Inilah yang menjadi indikator bahwa revitalisasi budaya mesti di tegakkan.

Kebudayaan sebagai wadah mestinya memberikan nilai-nilai yang dapat di jalankan dan di mengerti oleh siapapun, serta mampu mengakomodir seluruh elemen baik elemen agama, pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Sehingga berjalanya budaya sesuai dengan elemen-elemen tersebut dan tidak berseberangan. Budaya juga mestinya dapat dijadikan peningkan ekonomi, pendidikan, sosial dan sebagainya sebagai wujud bahwa budaya tersebut mempunyai tatanan etika yang baik dan jika dalam perjalananya budaya dapat menghantarkan berbagai pesoalan kehidupan sosial kultural maka budaya tersebut mesti dipertahankan, namun jika sebaliknya dan merugikan banyak pihak maka budaya tersebut mesti di tiadakan.

biqalam_mas.wael

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun