Waringinkurung Serang Banten, 23 Desember 2017
Panggung sudah sepi. Konser pun telah usai. Di sini, sedari pagi terus ada narasi & orasi. Juga nasyid yang menggugah hati. Membara menyulut semangat, juga membuat mata menghangat.
Beberapa shalihah berjilbab dengan tepian: merah, hitam & hijau, berseliweran di luar zona panggung, di antara pengunjung. Membawa kardus, yang isinya terus menggunung.
"Palestina-nya Pak, Bu," sapa mereka ramah.
Di panggung pun, terus bergolak dengan gejolak yang membuncah. Bersama Tim Nasyid Shoutul Harakah. Berbagai cara dilakukan untuk menggalang dana. Orasi dari para petinggi pun sangat menggugah jiwa dan mengurai air mata. Hanya cukup menjadi manusia, untuk memahami kejamnya arti kata: penjajah. Juga bahwa darah dan air mata Palestina, adalah darah dan air mata kita.
Ada acara-acara lelang barang. Bahkan para peserta bazaar pun, berlomba menshadaqahkan hasil penjualannya. Â Dan semua ini, untuk Palestina. Oiya, juga untuk para korban bencana di Indonesia.Â
Barakallah, konser kemanusiaan ini diadakan bersamaan dengan event pembagian raport siswa di SIT Bina Insani. Serentak di PG, TK, SD, SMP, SMA & Ponpes Tahfidz-nya. SIT Bina Insani, adalah tetangga sekolah tempatku mengajar. Juga tempat bersekolah keempat anakku.
Tapi, saking rempongnya dengan urusan internal eraport yang total input nilainya ada 4.800 biji, membuatku tak sedikit pun ikut mempublikasikan event akbar ini.Â
Makanya, emejing rasanya. Saat di sana, tetangga mepet tembok rumahku, berpartisipasi ikut berjualan di bazaar.
Makanya, emejing jadinya. Saat di sana, aku melihat 2 muridku. Di masjid, saat usai menunaikan Shalat Dzuhur,Â
"Ibu, assalaamualaikum. Kenal saya Bu?" sapa salah satunya sambil mencium tangan.