Mohon tunggu...
Wachid Ervanto
Wachid Ervanto Mohon Tunggu... Freelancer - Media Freelancer

Media Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Santri Nasional; Ikhtiar Jihad Pondok Modern

22 Oktober 2018   17:27 Diperbarui: 22 Oktober 2018   17:38 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nama Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) saat ini bukanlah hal asing di telinga masyarakat Indonesia, dijuluki juga sebagai ma'hadul ma'had atau pesantrennya pesantren menjadi sebuah tanggung jawab moral besar bagi siapapun yang pernah berada didalamnya. 

Kiprah dan kontribusi para santri untuk membangun negeri dengan semangat dedikasi sangat pantas diacungi jempol apresiaasi. Nama Gontor yang diambil dari salah satu desa tempat pesantren ini berdiri di bilangan Mlarak kabupaten Ponorogo konon merupakan kependekan dari kalimat "Nggon/Panggon Kotor" atau tempat kotor lantaran tingkah laku dan kebiasaan masyarakat desa Gontor masa lalu; perjudian, pelacuran, percurian dan berbagai kemaksiatan lain merupakan hal biasa.

Namun Gontor dulu bukanlah Gontor yang sekarang. Kalau dulu Gontor jadi rujukan dan arah tujuan kemaksiatan, kini Gontor menjadi kiblat bagi pesantren-pesantren based-on-modern-islamic-education. Al Ma'haadu Laa Yanaamu 'Abadan atau dalam terjemah bebasnya "Pondok takkan pernah tertidur selamanya" menggambarkan betapa roda dinamika kehidupan Gontor harus senantiasa bergerak progresif, intensitas aktifitas sehari hari santri Gontor sangat tinggi, hari hari mereka dimulai sejak bangun tidur hingga tidur lagi. 

Sirkulasi kegiatan santri sudah tersusun secara sistematis. Sejak bangun tidur santri sudah mengetahui kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan ataupun kewajiban apa saja yang harus dikerjakan di hari itu sampai bertemu lagi dengan kasur berbahan busa sederhana dan tipis di depan shunduuq (re: kotak kecil) masing masing untuk kembali rebah di malam hari. Bahkan para santri sudah diajari mengorganisir kegiatan mereka sekaligus membuat rencana kehidupan mereka untuk hari ini, esok dan seterusnya.

"Disiplin" merupakan kata sakral sekaligus memiliki nilai yang harus dihormati dan dijunjung tinggi di pesantren ini dengan penuh rasa tanggung jawab; disiplin dalam berfikir, disiplin dalam berkata-kata, dan disiplin dalam berbuat, disiplin dalam belajar, dalam mengaktualisasikan hasil pembelajaran mereka dan berkarya sebagai bentuk pengembangan diri mereka. 

Kedisiplinan santri yang disertai kesadaran akan tanggungjawab dalam menjalankan rutinitas kehidupan pondok dapat menjadi barometer atau tolak ukur dan reflektor sederhana akan menjadi apa seorang santri setelah alumni nanti.

"Sebesar keinsafanmu, sebesar itulah keuntunganmu" adalah titisan mutiara Gontor yang tepat untuk menggambarkan bahwa kesadaran diri merupakan kunci utama dalam menggapai keberhasilan dalam hidup ini; sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya masing-masing. 

Kyai Zar pernah berpesan, para santri setelah tamat belajar di KMI (Kulliyatul Mu'allimin al Islaamiyah), Lulus dari KMI, bukan berarti selesai atau terbebas dari belajar, sebaliknya masa masa baru mulai akan belajar, setelah dibekali ilmu-ilmu dasar agama, sosial dan kemasyarakat sebagai modal hidup untuk kemudian dikembangkan nantinya.

Tidak mudah untuk mewujudkan santri ideal yang relevan dengan motto Gontor; santri yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berfikiran bebas, namun juga bukan berarti mustahil. Dengan pengalamannya yang nyaris seabad mengandung, melahirkan, merawat dan membesarkan santri, Gontor dianggap cukup handal, terpercaya dan mumpuni dalam membuat formulasi mengisi kesibukan yang tepat dilakukan oleh santri sejak bangun tidur hingga tidur lagi. 

Santri dibangunkan oleh sang mudabbir alias penanggung jawab kamar mereka sejak pukul 03.30 untuk menemui Tuhan yang rahmatnya selalu turun ke bumi di sepertiga malam terakhir untuk menjawab kegelisahan dan memenuhi hajat santri, dilanjutkan shalat subuh berjamaah yang dipimpin oleh mudabbir di kamar masing masing, dan melanjurkan tadarrus Al Qur'an menjelang terbitnya matahari.

Setelah itu ilqooul-mufradat atau pemberian kosa kata bahasa Arab dan Inggris kemudian diakhiri dengan muraja'ah kosakata tersebut bersama sama, aktifitas pagi yang mencakup olahraga, cuci pakaian, belajar ringan, kemudian mandi serta sarapan pagi ala kadarnya, dan masuk ke kelas maisng masing pada pukul 07.00. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun