Mohon tunggu...
HIMUN ZUHRI
HIMUN ZUHRI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Penulis

Himun Zuhri seorang aktivis yang saat ini sebagai kuli tinta

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Janji Itu Berat, Kamu Gak Kuat, Biar Politisi Saja

30 Maret 2018   19:24 Diperbarui: 30 Maret 2018   19:23 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kupang.tribunnews.com

MERANGIN - Sebanyak 171 daerah di Indonesia sedang berlangsung Pilkada Serentak Jilid III, saat ini sedang berjalan tahapan Kampanye, tahapan ini dimana janji-janji politik bertebaran menyasar masuk dari kuping kiri dan kuping kanan.

Pemilu legislatif dan Pilpres 2019 juga sudah di ambang pintu. Yang pasti suara berupa janji akan penuh di telinga setiap rakyat, Janji politik itu gampang di ucapkan, janji itu berat, kamu pasti gak kuat, biarlah dijalankan oleh tenaga profesional saja.

Politik dan janji memang tidak dapat dipisahkan, mereka sepasang "suami-istri" yang harmonis dan selalu mesra. Hampir semua orang yang mencalonkan diri menjadi pemimpin, wakil rakyat, pernah memberi janji pada pemilih. Dari calon RT sampai calon presiden, semua pernah mengobral janji.

Janji yang diberikan sang calon saat berkampanye untuk merebut simpati pemilih begitu manis dan ringan di utarakan, seakan tak sedikit beban baginya, namun kemudian rada lupa diwujudkan saat sudah berkuasa, bahkan lupa untuk sekadar berkunjung dan menyapa.

Sebelum terlanjur jauh terbuai janji pada masa Pilkada dan menghadapi Pileg dan Pilpres nanti, bentengi diri jangan sampai kecewa yang terlalu tinggi, dan caranya terbilang cukup gampang, jika diserang janji-janji politik jangan ambil hati, Insyallah tak kecewa dikemudian hari.

Jika janji politik masuk kemulut kita lalu ditelan mentah-mentah, maka tunggulah kekecewaan yang begitu sakit dan mendalam, Disasar janji emang tak bisa di elakkan, diterima saja, namun ya itu tadi jangan ambil hati. 

Panggung politik tengah mengalami defisit moral, yang sudah terpilih pun masih ragu tentang kinerjanya karena masih ada "janji palsu". Janji palsu adalah embrio politik uang, karena kepercayaan pemilih terkikis kepadanya yang ingkar janji.

Ingkar janji membuat orang kecewa kepada demokrasi, tanpa janji menggiring orang dalam jurang otoriterisme. Janji adalah hakekat sebuah visi dalam berpolitik dengan demikian janji sejalan dengan politik tetapi tidak untuk menyebarkan kebohongan. Harus realistis. 

Janji adalah harapan dan cita-cita yang didealkan para aktor tetapi haruslah diwujudnyatakan yang patut dipertanyakan adalah pembuktiannya. Lagi-lagi janji itu berat, kamu pasti gak kuat, biarlah politisi saja. 

Apalagi janji politik tak berkekuatan hukum, hanya bisa dihukum dengan sanksi moral. Seperti kata pakar hukum tata negara Prof Yusril Izha Mahendra, dikutip dari berita kaskus.co.id.

"Janji politik hanya berkekuatan moral dan tidak punya kekuatan hukum. Jadi, kalau digugat ke pengadilan pun akan susah dikabulkan pengadilan," kata Yusril.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun