Mohon tunggu...
VSclub
VSclub Mohon Tunggu... Guru - My Random Think

Selamat datang di pikiran saya yang semerawut dan penuh drama

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Culture Shock

8 Januari 2022   22:00 Diperbarui: 8 Januari 2022   22:02 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kal Tim - Horor Culture Shock

Hai semua, perkenalkan sebut aja saya Vesclub, saya ingin membagikan pengalaman saya yang mengalami culture shock saat pindah ke provinsi baru. singkat cerita, saya memutuskan ikut pasangan saya untuk pindah kota, untuk pembuktian bahwa kami mampu hidup mandiri tanpa terus menerus dibantu orang tua, ingin mengadu nasib di perantauan. akan tetapi ternyata hal ini sangat tidak mudah sekali, yang dimana saya memang tipe yang sangat bergantung ke orang tua, dan pasangan saya juga sangat bergantung kepada keluarganya. Deo adalah pasangan saya, dia pindah sebulan lebih dulu dibandingkan saya, untuk mempersiapkan tempat tinggal kami disana dan mengurus kontrak pekerjaan barunya. sebelum berangkat semua terasa seperti sangat meyakinkan, saya resign dari tempat kerja, dan memboyong anak saya yang saat itu berusia sepuluh bulan.

Setelah perjalanan panjang sekali menghabiskan waktu sehari semalam, sampailah saya di sebuah desa yang lumayan dekat dengan kota Samarinda, untuk menuju kota Samarinda, saya harus menempuh perjalanan kurang lebih satu jam perjalanan dengan menggunakan motor. hal yang paling membuat saya terkejut adalah lingkungan sekitar yang 180 derajat berbeda dengan kota asal saya, kalau ditempat asal saya ada banyak sekali pantai, bahkan dipinggir jalan provinsi pun kita bisa menemukan pantai karena memang dekat dengan area pesisir. sedangkan Samarinda secara keseluruhan di kelilingi banyak bukit dan gunung yang lumayan hutannya masih sangat pekat dan rimbun ditambah sungai Mahakam yang mengeluarkan aura yang sangat besar menurut saya. ibaratnya seorang yang awalnya tinggal di pesisir tetiba pindah ke daerah pegunungan benar-benar berubah suasana dan atmosfernya.

Saat awal pindah, sayang sekali Deo memilih kontrakan yang lumayan kecil dan sangat jelek sekali bangunannya, sudah 20 tahun berdiri dan belum pernah di renovasi, vibe nya aja udah creepy sekali saat pertama pindahan barang. saya tipe yang bukan suka bersih-bersih, akan tetapi kalo toilet nya sangat jorok saya akan merasa jijik dan tidak betah. saat itu saya bahkan meminta untuk pemilik kontrakan untuk merenovasi kamar mandi walaupun alakadarnya, saya berkorban beli triplek dan wallpaper untuk cuma sekedar renovasi kamar mandi yang lumayan agak berlubang karna, secara umum orang disana banyak membangun kamar mandi gabung sama toilet dan cuma dari kayu ulin, yang bisa merenggang kalo sudah terlalu lama. dua minggu saya habiskan untuk sekedar renovasi kamar tidur, kamar mandi dan ruang tamu. hal yang paling membuat saya tidak betah adalah disana banyak sekali tikus, malam pertama saya tidur disana tikus kecil naik ke kasur dan menaiki badan saya,saya bener-bener sangat terkejut dan sontak langsung teriak. saya pikir kontrakan beton itu kedap suara, ternyata saya ngomong pelan pun kedengar sama tetangga apalagi ngomong keras, sungguh gak ada privasi sama sekali disana. daerah sekitar banyak pegunungan jalanannya banyak tanjakan dan persawahan, bahkan ada sebagian jalan yang gak ada pengamannya padahal itu jurang nya tinggi banget, saya gak bisa bayangkan, kalo pas kita melamun dan jatuh kesitu langsun innalillahi mungkin. bahkan baru-baru ini saya mendengar kabar kalo jalan raya disana retak dan longsor. 

Gangguan bukan cuma sekedar dari tetangga yang suka julid, tikus yang seliweran dan hewan-hewan lainnya tapi juga ada gangguan makhluk lain. untuk anak saya yang sangat peka dia nangis terus, sampai ada tetangga yang menegur saya "kenapa mba anaknya nangis mulu ?" , mendengar ucapan tetangga sebelah saya mulai gak enak, secara gak langsung kehadiran kami disana mengganggu ketenangan dia yang emang dia jarang keluar dan anaknya gak berisik karna udah gede. anak saya baru 10 bulan sudah mulai ngorek-ngorek lantai dan makan kotoran yang nyempil diantara karpet karna lantai rumah nya cuma semen di aci doang udah gitu aja. suatu ketika anak saya muntah, saya kaget dan segera memeriksa, ternyata dia lagi makan cicak busuk yang keselip dikarpet. saya cek mulut anak saya, gak ada apa-apa, dan saya liat lagi kondisi cicaknya udah berulat, saya langsung menangis tersedu-sedu seperti ini banget hidup saya. setelah kejadian itu anak saya mencret gak berenti-berenti, ditambah pantatnya ruam, dia lemes cuma bisa rebahan, anak saya El adalah anak pertama dan saya adalah ibu baru yang gak pernah memomong anak saya sendiri, sejak lahir anak saya 80% di urus sama mama dan keluarga saya yang lain. benar-benar culture shock banget karna saya adalah tipe wanita pekerja, dimana kerja bukan untuk cari uang tapi cuma buat aktualisasi diri dan saya merasa bangga punya pekerjaan, apapun itu. ketika saya tidak bekerja, saya menjadi lebih sensitif pemarah sampai anak saya menjadi korban sering saya omelin dan sempat juga saya pukul.  akhirnya saya mencari kerja, dan mendapat pekerjaan menjadi Sales penjualan motor Merek Y, saya senang bekerja disana karena dekat dengan rumah, dan saya bisa sesekali memantau anak saya yang saya titipkan ke tetangga yang sudah berkontrak dengan saya sebagai pengasuh anak saya selama saya bekerja. jujur saja saya juga merasa ngeri menitipkan anak saya, namun daripada saya terus stress dan mental saya gak sehat lebih baik saya mencari pekerjaan yang bisa mengurangi stress saya meskipun hasilnya tidak seberapa.

Tiga minggu saya tinggal disana dan yang harus saya lakukan selain merawat anak, rumah dan suami, pekerjaan tak kalah penting bagi diri saya. kondisi anak saya sakit-sakitan, tidak ada dokter anak, cuma ada praktek bidan, klinik jauh, rumah sakit jauh. selain itu dirumah itu saya juga mengalami gangguan dari makhluk gaib, jadi setiap saya masak nasi itu selalu basi, kaya basi aja gitu padahal baru mateng dari mejikom. awalnya saya pikir dikarenakan suatu ketika ibu kontrakan pernah memberikan hasil panen berupa beras dari sawahnya sendiri, dan ketika saya memasak beras tersebut selalu basi, gak tahan lebih dari sejam langsung basi, masakan saya yang lain juga cepet berulat, gak ngerti ya apa yang bikin jadi seperti itu.  saya coba beli beras baru tapi ternyata juga tetap saja seperti itu terus. selain itu tetangga juga bilang ada meliat sesosok poci didepan teras kontrakan saya, saya juga pernah melihat seperti wewegombel dalam rumah. akhirnya saya sangat tidak sanggup dan mengeluh ke Deo, namun Deo bilang itu biasa saja dan cuma perasaan saya saja.

Kadung emosi dan merasa tertekan saya memilih ngamuk dan mengancam Deo, kalo dia gak mau pindah saya akan pulang kekampung saya. baru darisitu Deo mengiyakan untuk pindah, tapi karena pekerjaan Deo sangat sibuk, saya terpaksa untuk memindahkan barang sendirian saja sambil membawa anak saya yang baru berusia 10 bulan mondar mandir sampai kehujanan. demi mencari tempat tinggal yang lebih layak dibanding yang ada. di tempat baru saya sama sekali tidak pernah diganggu dalam hal apapun, karena berupa rumah yang berada di komplek perumahan jadi tetangganya agak cuek dan tidak terlalu mengurusi tetangga lain. Saya sangat bersyukur juga ibu kontrakan nya sangat baik sekali. semenjak pindah rumah saya sudah semakin membaik, saya punya pekerjaan, saya punya rumah yang enak dan saya sangat krasan dengan rumah tersebut, tetangga yang aman damai tentram. akses kekota juga sangat dekat sehingga kami sering sekali pergi rekreasi dikala deo ada waktu. dikarenakan perusahaan tempat Deo bekerja tekanan kerjanya sangat tinggi dan liburnya hanya dua hari dalam sebulan membuatnya menjadi seseorang yang sangat sibuk dan kurang memperhatikan kondisi dirumah. but, its oke, bisa saya terima karna dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya dan anak kami. namun kadang seseorang juga ingin diperhatikan, saya tidak mempunyai teman disna , biasanya saya jika Deo sibuk bekerja saya akan jalan-jalan kerumah teman dan bercengkrama untuk hanya sekedar melepas bosan dan rasa sepi saya dirumah. sehingga mau Deo memperhatikan atau tidak saya tidak begitu perduli akan hal itu. 

Lama kelamaan saya merasa sangat merindukan kampung halaman saya, bahasa nya tempat wisatanya dan makanannya. di tempat saya tinggal, tidak ada sama sekali makanan khas daerah saya kecuali saya ke kota Samarinda, yang jaraknya lumayan jauh, di tambah saya tidak mempunyai mobil pada saat itu. selang waktu, ayah saya menelpon saya dan menawarkan saya sebuah pekerjaan di kampung halaman, dimana pekerjaan ini memang sangat saya inginkan, karena saya sangat menguasai pekerjaan tersebut. akhirnya saya izin dengan Deo, saya boyong anak saya pindah ke kampung halaman, bekerja lagi, dan hidup balik lagi menumpang orang tua, memang gak bisa dipungkiri karna kami belum memiliki rumah. disaat itulah saya merasa hidup kembali,saya tidak pernah terbayang harus melalui Hari Raya di tempat baru yang benar-benar ga ada apa-apa, orang-orang pada diam dirumah, ditambah teman kerja Deo sangat menjaga jarak dengan kami, jadi saya benar-benar merasakan yang namanya sepi sekali, mereka kurang humble dan kurang peduli dengan orang baru, selama saya tinggal disana saya merasa diri saya yang sebenarnya terkubur entah kemana. 

begitulah cerita saya mengenai culture shock saya, sebenarnya masih banyak lagi cerita saya yang lain, terkait pekrjaan, hal-hal mistis dan hal mengecewakan, saya akan ceritakan kembali diwaktu dan tempat yang lain, terima kasih sudah membaca. please like dan komen di kolom komentar, jika kalian ingin saya melanjutkan cerita ini. salam :).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun