Mohon tunggu...
Vrisko Putra Vachruddin
Vrisko Putra Vachruddin Mohon Tunggu... Guru - Masih Hidup

Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) dan Pendidik di SMK YPM 3 Taman

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Munafiqkah Kita?

23 April 2018   19:11 Diperbarui: 26 April 2018   21:17 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mungkin itulah sebuah pertanyaan yang cocok pada masa ini. Bukan dalam artian munafiq yang biasa kita maksud berpura-pura dengan adanya unsur kesengajaan, tetapi saya menyebutnya munafiq kecil, yaitu keadaan ketika kita tetap rajin beribadah dan juga kerap kali berbuat maksiat. 

Banyak diantara kita bersembunyi dibalik kelakar agama, terutama saya sendiri. Begitu terbayang dan miris di dalam hati saya ketika kita tetap rutin beribadah tetapi dilain pihak kita tetap sering bahkan kerap kali melakukan maksiat. Sedangkan Tuhan kita tetap menutup rapat-rapat semua aib kita.

Bahkan sering kali kita bersembunyi dibelakang agama, sekan-akan kita adalah orang yang rajin beribadah dan alim. Masyarakat pun memandang kita seperti itu, tanpa pernah berfikir banyaknya maksiat yang sering kita lakukan dan yang lebih parah lagi kita memanfaatkan keadaan itu dan seakan-akan kita bersembunyi dibalik nama agama. Walaupun hal ini terus menerus kita lakukan walaupun tidak sengaja.

Di era modern ini ditandai banyaknya berita-berita hoax yang sering kali mengakali dan merugikan kita terkait pemberitaan sesuatu semakin nyata untuk pintare-pintar memilih dan memilah akan berita tersebut, begitu pun juga permasalahan yang terkait agama. Pada era ini perang tidak lagi menggunakan senjata, tetapi menggunakan alat yang sangat canggih yaitu internet, dengan pelbagai media sosial bayak dari kalangan kita memperjual belikan agamanya.

Saling mencemooh, saling memaki bahkan saling mengkafirkan antara yang satu dengan yang lain. Apakah agama mengajarkan seperti itu?, saling mencemooh, saling menghina bahkan saling bermusuhan dikarenakan perbedaan kelompok, golongan hanya itu merebut sebuah hal yang hina bisa salah mempergunakan yaitu Kekuasaan.

Agama mengajarkan perdamaian bukan permusuhan. Agama mengajarkan tata cara jual beli yang benar bukan diperjual belikan. Agama di era ini seakan-akan makanan pokok,  yang semua membutuhkannya tetapi tetap diperjual belikan. Oh sungguh malang nama Agama. Sehingga pada era ini para 'Ulama dan Cendekiawan mengajarkan pada sebuah bait kata yang sering kali diucapkan bahkan dijadikan sebuah buku yaitu kalimat "Beragama dengan Benar". Banyak orang yang beragama, tapi hanya untuk mengisi isian kolom Agama pada KTP, banyak orang yang mengatasnamakan agama tertentu tapi menjalankan ibadah pun tidak.

Maka pada era ini mari kita selalu intropeksi diri apakah kita tergolong orang munafiq? Orang yang bersembunyi dibalik nama Agama. Serta kita harus berhati-hati pada orang-orang yang mengatasnamakan agama, orang-orang yang bersembunyi atas nama Agama. Maka untuk melakukan dua hal tersebut, diperlukannya Ibadah pendekatan diri kepada Tuhan agar senatiasa dikuatkan Iman kita dan selalu dilindungi dari mara bahaya orang-orang yang bersenbunyi dibaik nama Agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun