Kamis putih adalah awal dari tri hari suci: Kamis putih, Jum'at agung, dan Sabtu Suci.
Ternyata, masih ada saja umat Katolik yang menganggap jika sudah misa di hari Sabtu suci, maka tidak perlu lagi ikut misa di hari minggu besoknya. Padahal, Sabtu Suci ini berbeda dengan Misa hari minggu dimana ada misa yang dijadwalkan di hari Sabtu sore.
Misa Sabtu suci berbeda dengan misa Paskah di hari minggu keesokan harinya. Maka itu, setelah Tri Hari Suci, umat Katolik tetap wajib mengikuti Misa Paskah. Itu yang saya mengerti.
Hari ini, Kamis, 17 April 2025, adalah Hari Kamis Putih. Sebuah peringatan terhadap perjamuan terakhir Yesus dengan murid-muridnya, sebelum Ia diserahkan untuk disalibkan.
Perjamuan terakhir Yesus bukanlah perjamuan terakhir yang menyedihkan, seperti layaknya sebuah perpisahan. Tetapi perjamuan ini adalah sebuah perjamuan cinta, yang ditunjukan oleh Yesus, dengan cara membasuh kaki para muridnya, orang-orang yang dikasihinya. Yesus adalah pemimpin para muridnya, namun dia mau melayani mereka dengan sepenuh hati.
Ia merendahkan hati dan juga menunjukan cintanya terhadap mereka. Padahal Ia tahu, salah seorang dari mereka telah menghianatinya.
Kita, manusia yang masih hidup di dunia ini, mungkin pernah juga dihianati oleh orang terdekat. Reaksi yang muncul atas penghianatan itu mungkin saja marah, benci, dendam, dsj. Seringkali hal kecil pun dapat membuat orang merasa terhina. Wajar, namanya juga manusia yang rapuh.Â
Namun, melalui perjamuan terakhir ini, Yesus menunjukan sebuah teladan. Sekalipun ia tahu, ada salah seorang muridnya yang menghianati dia, dia tetap mengasihi dan mencintainya. Yesus adalah cinta. Cinta kasih selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi orang yang dikasihi. Tidak peduli apakah orang itu membalas dengan mengasihi juga atau tidak., atau malah menghianati. Setelah sekian lama Yesus dan murid-muridnya bersama-sama, Yesus tahu karakter murid-muridnya. Jelek baik nampaknya tidak berpengaruh pada Yesus. Dia mengasihi mereka semua, bagaimanapun keadaan mereka. Â
Sebagai manusia, mungkin sulit untuk mengikuti teladan Yesus. Tetapi bersama Yesus dan di dalam Yesus pasti bisa. Bukan diri kita sendiri yang membuat kita mampu berbuat baik dan mengasihi sesama, tetapi Yesus yang memampukan. Tentunya jika kita tidak melepaskan diri dari-Nya.Â
(Dari Kotbah Misa Kamis Putih di Salah Satu Paroki di Bandung)