Masalah rasa, itu sifatnya personal. Rasa Leunca (ranti) buat sebagian orang tidak enak karena rasanya ada sedikit pahit dan getir, walaupun tak sampai sepahit dan segetir kenangan yang tidak ingin diingat lagi. Tetapi bagi yang suka, khususnya masyarakat Bandung, masakan tumis leunca mix oncom adalah sebuah kenikmatan hidup.
Buat yang kurang suka rasa asin, masakan di warung makan tertentu mungkin agak terlalu asin, sementara buat orang lain rasanya pas.Â
Ada orang yang hobinya komplain, hingga kesalahan kecil saja bisa dikomplain habis. Sementara orang yang toleransinya tinggi biasanya hanya diam saja, atau memberitahu tetapi pada akhirnya dia akan bilang it's ok, tidak apa-apa, santai saja.
Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa teman makan bersama di sebuah rumah makan yang cukup terkenal, di sebuah shopping mall, di Jakarta.Â
Entah bagaimana ceritanya, nasi goreng yang dipesan teman saya seperti ketumpahan banyak garam dan rasanya tidak mungkin dimakan. Teman saya meminta saya dan beberapa teman lain mencicipi nasi gorengnya. Dan memang rasanya sangat asin, nyaris rasa garam.Â
Lantas apakah kami langsung memotret dan memposting ke media sosial dengan caption sesuai apa yang kami rasakan? Tidak! Kami cukup dewasa untuk tidak melakukan itu.Â
Apalagi kami cukup sering makan di situ. Pikir kami, mungkin chef-nya lupa apakah masakannya sudah dikasih garam atau belum. Atau mungkin masakannya tidak sengaja ketumpahan garam dari tempatnya.
Yang kami lakukan adalah memanggil pelayan dan memberitahu permasalahannya, kemudian minta diganti karena memang tidak mungkin dimakan.Â
Pelayan segera mengambil piring nasi tersebut, membawanya ke dalam, dan kembali lagi menginformasikan bahwa pesanan akan diganti dengan yang baru. Pelayan itu juga meminta maaf atas kejadian tersebut.
Lain waktu, saya membeli nasi goreng tenda di area kaki lima yang sejak lama cukup terkenal di kota Bandung. Katanya nasi goreng di situ enak.Â