Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Merdeka Belajar dengan Memanfaatkan Teknologi Zaman Now

27 Maret 2023   00:13 Diperbarui: 27 Maret 2023   00:17 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.fourgoods.co (shutterstock)

Belajar adalah sebuah proses seumur hidup. Pada akhirnya semua orang dewasa akan menyadari hal itu. Karena itu sejak usia sekolah, seharusnya seorang anak sudah dituntun untuk menemukan "seni" belajar, sehingga belajar dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi mereka, hingga pada akhirnya mereka siap untuk terjun ke kehidupan yang lebih luas, seperti misalnya dunia kerja. Dan saat itu pun mereka akan terus belajar.

Jadi, kuncinya adalah membuat proses belajar itu menjadi sesuatu yang menyenangkan. Membuat proses belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan ini, tentunya tidak lepas dari peran guru sebagai pengajar dan pendidik. Selain proses belajar yang menyenangkan bagi murid, proses mengajar pun seharusnya juga menyenangkan. Karena tidak dapat dipungkiri, terkadang cara mengajar guru yang tidak menyenangkan dapat membuat murid menjadi tidak menyukai suatu mata pelajaran.

Kurikulum merdeka dirancang untuk menciptakan kreativitas dan flexibilitas bagi para guru dan juga untuk mempercepat tujuan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman. Yang bagaimanakah yang sesuai perkembangang jaman itu? Menurut saya adalah yang siap untuk belajar terus-menerus untuk tujuan meningkatkan diri. Karena teknologi berkembang dengan pesat. Artinya dunia bisnis, sebagai pengguna teknologi, pun ikut berkembang. Standar suatu keterampilan dan kemampuan meningkat dari waktu ke waktu. Sehingga diperlukan jiwa-jiwa dengan pola pikir yang terus-menerus mau belajar.

Pengajar dapat menawarkan topik-topik pilihan kepada murid. Peserta didik yang memilih topik yang sama, membuat kelompok diskusi dan belajar bersama serta mengerjakan proyek-proyek terkait materi tersebut bersama-sama. Peserta didik dirangsang untuk secara mandiri mencari tahu mengenai topik yang mereka minati, dari sumber mana saja, termasuk melalui AI-Chatbot jaman now semacam ChatGPT. Dari pengetahuan yang sudah mereka miliki itu, mereka dapat mendiskusikan atau membuat suatu proyek berangkat dari apa yang mereka tahu, dengan didampingi guru. Hasil akhir diskusi atau kesimpulan akhir sebuah proyek yang dikerjakan bersama  itulah yang kemudian menjadi pegangan murid. Maka disini, yang belajar sebenarnya bukan cuma peserta didik, tetapi juga guru.

Ada bagusnya kalau hasil diskusi kelompok belajar ini didokumentasikan secara digital dan dapat dilihat oleh pengajar maupun peserta didik. Hal ini berguna untuk melihat kembali apa yang sudah dipelajari dan dimengerti oleh peserta didik. Selain itu, pengajar juga dapat melihat kembali apakah pengertian masing-masing peserta didik sudah benar atau belum, dan memberi komentar serta penilaian. Soal-soal ujian dapat dibuat berdasarkan hasil diskusi ini, dan dibuat ujian semacam "open book" dengan memanggil kembali materi-materi hasil diskusi. Hal ini baik untuk menguji pengertian peserta didik terhadap suatu materi. Jadi ujian tidak melulu mengenai teori hapalan yang memungkinkan peserta didik untuk nyontek.

Jika sekolah memiliki dana untuk mengimplementasikan sistem kecerdasan buatan (AI) sendiri, bisa juga ujian diselenggarakan secara online menggunakan sistem AI tersebut. Soal ujian dibuat oleh mesin bersama pengajar berdasarkan data-data masing-masing siswa, dikombinasikan dengan penilaian serta komentar pengajar, serta materi-materi lain yang sudah terekam dalam sistem. Hal ini memungkinkan soal ujian masing-masing siswa berbeda menyesuaikan dengan tingkat pengetahuan mereka, yang dapat dikenali melalui penilaian dan komentar guru. Penilaian hasil ujian dapat dilakukan langsung oleh mesin, dan guru dapat mengecek ulang hasil penilaian mesin tersebut.

Dengan dikumpulkannya data kegiatan sehari-hari murid, komentar dan penilaian guru, serta hasil ujian, orang tua pun dapat memantau kemajuan anak melalui sistem yang sama. Mereka dapat memberikan masukan, pertanyaan, komentar langsung melalui platform tersebut. Dengan demikian, minat siswa terhadap sesuatu materi, ditambah dengan penilaian guru, dikombinasikan dengan catatan orang tua yang dapat berupa dukungan terhadap prestasi anak,  akan terekam lengkap dalam platform tersebut.

Dengan adanya platform seperti itu, maka pengajar dapat fokus pada kemajuan masing-masing murid, dan tidak terlalu terbebani dengan materi-materi pengajaran. Murid pun dapat menjadi lebih kreatif dan berinisiatif mempelajari sesuatu yang sesuai minatnya. Jika ada murid "spesial", misal yang kurang aktif dan tidak terlalu semangat belajar, guru dapat mengajaknya berbincang dan mencari tahu minatnya, agar dapat membantu mengarahkan anak tersebut.

Selain dengan berdiskusi tentang suatu materi, bisa juga kelompok dengan minat yang sama tadi, ditantang untuk melakukan uji coba praktek terhadap materi-materi yang bisa mereka temukan darimana saja.

Kalaupun sekolah tidak memiliki dana yang cukup mengimplementasikan suatu bentuk sistem kecerdasan buatan, bisa saja menggunakan platform digital yang ada untuk merekam data. Soal-soal ujian dapat dibuat sendiri oleh guru secara manual, demikian pula penilaiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun