Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaksinasi Polio, Mitos, dan Kendala Lainnya

1 Desember 2022   17:58 Diperbarui: 1 Desember 2022   17:59 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pemberian vaksin polio pada anak | sumber: rri.co.id

Sampai saat ini, belum ada obat atau treatmen khusus untuk menyembuhkan polio. Jadi yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksinasi.

Namun demikian, ternyata di Indonesia masih ada berbagai alasan yang menyebabkan orang tua tidak membawa anaknya untuk vaksinasi polio. Padahal, selain belum ada obat atau treatmen untuk penyembuhannya, penyakit ini ternyata mudah menular. Virus polio masuk melalui mulut, dan menyebar paling banyak melalui kontak dengan feses. Penyebaran bisa juga melalui droplet akibat batuk atau bersin. Namun kasus ini jarang terjadi.

Mengapa anak-anak lebih banyak diserang? Logikanya karena kekebalan tubuh mereka masih lemah dan juga anak-anak belum mengerti "kebersihan". Bisa saja mereka bermain dengan mainan yang terinfeksi feses dari orang yang sudah terinfeksi dan tanpa sadar mainan yang terinfeksi itu masuk ke dalam mulut. Orang dewasa yang normal tentu tidak akan memainkan mainan dan memasukannya kedalam mulut, seperti balita. Namun demikian orang dewasa pun bisa terserang polio, mungkin karena makanan yang tidak sengaja terinfeksi virus polio atau karena sanitasi yang kurang baik sehingga air yang dipakai untuk makan dan minum terinfeksi.

Fungsi vaksin adalah membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan berbagai virus, bakteri, dan protozoa dengan cara mengeluarkan respon, "melawan" berbagai jenis virus, bakteri, dan protozoa yang masuk kedalam tubuh. Benar, bahwa tubuh kita dapat membentuk kekebalan sendiri, namun vaksin dapat membuat sistem kekebalan itu menjadi lebih efektif. Apalagi jika sudah terinfeksi, jangankan membangun kekebalan alami, virus yang sudah terlanjur masuk dapat mengakibatkan komplikasi atau bahkan kematian. Jadi bagaimana mau membangun kekebalan alami?

Ada beberapa hal yang membuat vaksinasi terhalang, terutama di daerah-daerah "terpencil" dimana informasi tidak dapat diakses semudah di daerah-daerah perkotaan. Hal ini membuat penduduk di daerah-daerah tersebut menjadi kurang informasi dan bisa jadi hanya menelan mentah-mentah informasi yang mereka terima dan dengar dari pihak-pihak yang kurang kompeten.

Kekhawatiran Akan Terinfeksi Virus Covid

Salah satu alasan terbaru mungkin gara-gara Covid-19. Rasa takut tertular virus Covid menyebabkan orang enggan mendatangi tempat-tempat seperti rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan poliklinik. Bahkan mungkin ada yang khawatir berlebihan, misal jarum suntiknya dikhawatirkan terinfeksi virus Covid. Ditambah lagi, himbauan untuk menghindari kerumunan, yang ditelan mentah-mentah, sehingga banyak orang tua yang memilih tidak membawa anaknya untuk divaksin selama masa Covid kemarin. Padahal, anak-anak yang sakit dan yang sehat dipisah dan lingkungan keseluruhan wajib mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.

Takut Efek Samping

Ketakutan akan efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksinasi, misalnya asumsi bahwa vaksin dapat menyebabkan autisme atau penyakit-penyakit lainnya. Padahal, vaksin itu pasti sudah diuji sebelum diberikan kepada manusia. Mengapa tidak percaya kepada pemerintah? Bukankah jika efeknya tidak baik atau berbahaya, pemerintah juga tidak akan membiarkan vaksin tersebut dipakai oleh masyarakat? Kalaupun ada kesalahan, efeknya pasti akan sama pada semua orang dan sudah pasti penggunaannya akan dihentikan jika memang menimbulkan efek tidak baik.

Masalah Haram & Halal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun