Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pers dan Tantangan Media Digital: Pekerjaan Lama dengan Teknologi Baru

12 Februari 2022   00:35 Diperbarui: 12 Februari 2022   09:44 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koran (Sumber: Pexels/brotiN biswaS)

Tidak bisa dipungkiri bahwa di zaman digital ini kecepatan publikasi tidak dapat dianggap remeh. Ada banyak media digital yang saling berlomba memberitakan sesuatu. Bahkan ada yang dalam hitungan detik, halaman berita terupdate. Sangat cepat! 

Dan ternyata saingannya bukan cuma sesama media digital, tetapi unggahan warga dunia maya di media sosial, baik itu di Facebook, Twitter, Instagram, Group Whatsapp, Telegram, dan lain sebagainya.

Namun bagaimana dengan keakuratannya?

Saya kira seharusnya di zaman Internet of things ini, masalah keakuratan sudah bukan masalah lagi terutama untuk media digital berlabel jurnalistik.

Kalau sekedar warga dunia maya setingkat rakyat biasa yang awam, kurang akurat sedikit masih bisa ditolerir karena mungkin mereka hanya melihat apa yang mereka lihat, mendengar apa yang mereka dengar tanpa menganalisa dan mencari bukti-bukti mengenai benar atau tidaknya suatu peristiwa yang terjadi.

Satelit perekam kejadian, sensor, dan berbagai teknologi terkait lainnya bisa dipasang di banyak tempat untuk merekam apa yang terjadi pada suatu saat dan dalam hitungan detik mengirimkan gambar, suara dan video ke server.

Katakanlah sudah ada aplikasi yang akan menganalisa  gambar-gambar dan video tersebut dan mengkonversinya menjadi data-data dalam bentuk tulisan yang siap di compile menjadi suatu berita. Itulah teknologi yang dapat dipakai dalam dunia jurnalistik dijaman "Internet of things" ini. 

Jadi kalau sudah begitu, apa fungsi jurnalis? 

Saya pikir, di jaman ini pekerjaan jurnalis lebih kepada menganalisa informasi. Dengan semua "bukti" yang terkirim dari tempat kejadian dalam hitungan detik, mungkin jurnalis hanya tinggal memverivikasi antara gambar, video, dan berita dengan nara sumber di tempat kejadian. Mungkin akan ada ketidak sesuaian antara berita dan gambar, serta video.

Tetapi justru disitulah fungsi seorang jurnalis. Menganalisa apakah data dan informasinya masuk akal atau tidak dibandingkan dengan video atau gambar yang terekam.

Jangan sampai berita yang ditulis terkesan hanya berasal dari omongan mulut ke mulut yang dapat dikategorikan "masih gossip" atau hanya berdasarkan gambar atau video yang beredar. Semua harus ada penjelasannya bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun