Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bule Itu Manusia Biasa, Cuma Beda Penampakan

23 Januari 2021   20:35 Diperbarui: 23 Januari 2021   20:44 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Cover buku karya Knut Christian Kiene (sumber: compressed.photo.goodreads.com)

Pindah kerja ketempat lain yang orangnya lebih sedikit, dengan atasan bule dan beberapa teman selevel yang juga bule, membuat pandangan saya terhadap bule yang seolah-olah lebih tinggi derajatnya, mulai luntur. 

Mungkin karena kesempatan saya mengeluarkan pendapat dan berinteraksi dengan mereka lebih banyak, dan akhirnya saya dapat melihat lebih jelas, bahwa bule juga bisa "bloon" alias tidak selalu benar. 

Sama seperti dengan orang lokal, kami juga sering berselisih paham tentang sesuatu karena pengertian yang tidak sama. Dan mereka juga rasanya tidak lebih pinter daripada saya ha..ha..ha..

Dilain waktu, saya berkesempatan menjadi satu-satunya orang Indonesia ditengah para bule dari berbagai negara. Hal ini membuat saya lebih bisa mengenal mereka lebih jauh. 

Dan pada akhirnya kesimpulan saya adalah, pada dasarnya mereka juga sama dengan saya. Sama-sama mahluk sosial yang butuh berinteraksi dengan orang lain. Sama-sama butuh dihargai dan menghargai orang lain, sekalipun berbeda warna kulit. Sama-sama punya prinsip yang orang lain tidak boleh melanggar. 

Ada banyak hal juga yang saya pelajari dari mereka. Diantaranya dalam hal mengatur keuangan. Mereka sudah punya pos-pos pengeluaran setiap bulan, dan kalau membeli sesuatu itu adalah karena perlu, bukan untuk pamer. Hal lain adalah disiplin waktu. Umumnya bule tidak suka membuang-buang waktu melakukan sesuatu tanpa perencanaan. 

Namun itu adalah pengalaman pribadi saya dengan para bule yang kebetulan terhubung karena pekerjaan. Kenyataannya bule juga banyak yang "amburadul" :D Pernah lihat sesama bule berkelahi? Saya pernah. 

Mereka berkelahi sampai angkat-angkat kursi, sepertinya karena mabuk. Pernah lihat bule jualan kertas tissue di food court? Sering! Asumsi para bule pasti lebih kaya daripada orang Asia, itu tidak selalu benar. 

Mereka juga sama seperti kita, harus bekerja untuk menghidupi dirinya. Bukankah ada beberapa artis Indonesia yang menikah dengan bule akhirnya bercerai karena ternyata si bule tidak punya pekerjaan dan malah numpang hidup pada istrinya yang orang lokal. 

Dan salah seorang rekan kerja saya, pernah suatu hari datang ke kantor dengan muka bonyok, katanya semalam habis berkelahi gara-gara perempuan. Yah sama saja dengan orang Indonesia ya...

Beberapa kali ketika jalan-jalan weekend ke negara tetangga, Malaysia, saya melihat bule "kere". Istilah bule kere bukan karena benar-benar kere. Saya rasa istilah itu muncul karena asumsi kebanyakan orang Indonesia, kalau bule itu pasti kaya. Kenyataannya ada banyak bule tidak seperti yang kita bayangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun